Apa yang akan Anda pikirkan, jika sedang shalat, berdiri di saf kedua atau seterusnya, dan persis di depan kita ada orang yang menggunakan pakaian yang serba tanggung? Biasanya ada anak muda, memakai celana jenis jeans, dengan memakai kaus yang pas-pasan. Ketika sampai pada gerakan tertentu dalam shalat, biasanya akan tampak hal-hal yang tidak wajar. Misalnya waktu ruku’, kausnya akan terangkat, dan tampaklah celana dalamnya. Apalagi waktu sujud yang gerakannya membutuhkan posisi lebih longgar. Maka biasanya, kita akan tahu apakah seseorang itu memakai celana dalam atau tidak. Apalagi dengan jenis celana tertentu yang melorot ke ujung pantat.
Beberapa kali saya merasakan pengalaman yang demikian. Dengan sejumlah pengalaman tersebut, saya belum pernah melihat ada orang yang memberanikan diri untuk menyampaikan kepada yang bersangkutan tentang apa yang dilihatnya. Bagaimana seseorang shalat tapi tidak menutup auratnya? mohon maaf jika ada orang yang masih berdebat tentang aurat. Apalagi jika ada yang mempertanyakan, apakah belahan pantat itu disebut aurat atau bukan.
Idealnya, untuk realitas yang demikian, memang harus ada yang menyampaikan. Untuk mengingatkan seseorang. Jangan-jangan karena tidak paham. Atau bisa jadi karena tidak tahu. Seseorang bisa saja mengira keadaannya normal-normal saja. Sama seperti jika ada laki-laki yang menggunakan celana pendek hingga ke tengah kota. Mohon maaf, kadang-kadang celana yang dipakai itu bisa memperlihatkan ujung celana dalamnya. bahkan ujung bulu kemaluannya. Tapi siapa peduli, sebarang mengingatkan saudaranya itu. Sekali lagi, jangan-jangan memang ia tidak tahu.
Saya kadang-kadang terbetik di pikiran, sesungguhnya dalam hal apa kita meu syedara? Kita bersaudara (walau dalam makna yang lain, saudara itu tidak selaras seperti makna keluarga). Jawabannya bisa beragam. Berbagai macam. Tapi dalam masyarakat Aceh, bisanya mengenal ada saudara geneologis. Pun ada saudara teritorial. Makanya orang yang tidak ada kaitan dalam hal hubungan darah, tapi masih ada hubungan daerah hingga kampung. Keberadaannya pun tidak terbatas pada hal yang sangat manual. Orang-orang yang mengaku bersaudara idealnya harus menjaga diri dan keluarganya dari berbagai hal yang dapat membawanya kepada jalan buruk. Dengan bertumpu pada hal ini, maka kewajiban untuk berbuat baik, serta menyampaikan hal yang baik-baik, seharusnya tidak saja disampaikan kepada keluarga saja, melainkan juga kepada semua saudara. Termasuk orang-orang yang ada di sekeliling kita.
Mohon maaf, saat melihat laki-laki menggunakan celana tanggung tadi, saya shalat di sebuah masjid pinggir jalan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan masjid adalah rumah atau bangunan tempat bersembahyang orang Islam. Berkenaan dengan masjid, nanti dibedakan antara apa yang disebut sebagai masjid agung dengan masjid jami’. Masjid agung, berupa masjid besar dengan bangunan megah dan luas dan dapat menampung ratusan Jemaah. Sedangkan masjid jami’, masjid utama (untuk shalat beramai-ramai pada hari Jumat dan sebagainya). Apa yang ada, terlihat begitu saja.
Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.