Lantas, ketika banyak orang merasakan perkembangan ilmu dan teknologi yang dahsyat di satu sisi, kemudian adanya jumlah korban manusia dari hasil teknologi di sisi lain, bisakah disimpulkan sebagai kondisi yang sudah seimbang? Perkembangan ilmu dan teknologi, luar biasa telah membuat mudah hidup manusia. Dengan perkembangan ini pula, rekayasa genetik dan proyek duplikasi memungkinkan dilakukan, yang mana dengan rekayasa tersebut, memungkinkan species manusia dilahirkan sedemikian rupa? Sekiranya tidak ditopang oleh moral, mungkin akan bisa dilahirkan untuk menggantikan jumlah manusia yang sudah menjadi korban dari perilaku destruktif manusia –juga dengan menggunakan ilmu dan teknologi pada masanya?
Orang-orang yang bermoral akan menyebutkan sebagai kondisi yang tidak seimbang. Melahirkan dan membinasakan orang tidak bisa ditempatkan pada posisi yang sama, walau dari segi jumlah bisa diseimbangkan, namun perilaku berada pada aras yang berbeda. Mereka yang melahirkan sesuatu harus menggunakan batasan moral, apalagi mereka yang memusnahkan.
Dengan demikian, sehebat apapun temuan, ia tidak akan seimbang dengan sekelamnya pemusnahan. Dua-dua telah memungkinkan dilakukan manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi, menampakkan secorak revolusi tersendiri, yang memungkinkan manusia dapat melakukan semua hal tersebut. Dalam dunia ini, era kekinian, revolusi yang sudah terbentuk dalam tiga ruang paling penting bagi manusia: molekul, quantum, dan komputer.
James Dewey Watson, seorang ilmuwan biologi molekul Amerika, pada 1962 menerima hadiah nobel kedokteran atas temuan struktur molekul asam nukleat. Dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, temuan ini melahirkan apa yang disebut sebagai revolusi biomolekul, yang telah memungkinkan manusia memahami bagaimana sesungguhnya mekanisme kehidupan manusia ini, sehingga melalui revolusi ini, ada dua hal yang telah dilahirkan manusia, yakni teknologi duplikasi dan rekayasa genetik. Dalam ilmu biologi, biomulekul adalah senyawa-senyawa organik sederhana pembentuk organisme hidup dan bersifat khas sebagai produk aktivitas biologis. Dalam sel, ada sejumlah fungsinya, mulai dari enzim, antibodi, hormon (protein), sumber energi (karbohidrat dan lipid), serta faktor genetika (asam nukleat).
Selain itu, pada 1918, Max Karl Ernst Ludwig Planck, fisikawan asa Jerman, menerima hadiah nobel bidang fisika, atas jasa fisika kuantum. Sekarang ini, revolusi kuantum, manusia melahirkan materi-materi baru yang nonalamiah untuk menandingi materi alamiah. Mekanika kuantum telah memudahkan manusia dalam banyak hal. Tidak saja dalam ruang fisika, kimian, dan matematika, melainkan juga struktur protein dalam sistem biologi.
Penggenap dari revolusi molekul dan kuantum, adalah revolusi komputer, sebuah temuan atas jasa Charles Babbage, matematikawan Inggris. Dengan komputer, manusia memiliki kekuatan untuk memahami bagaimana cara kerja otaknya. Penciptaan robot yang melakukan banyak hal-hal yang sudah dilakukan manusia. Era ini, dengan revolusi ini, sudah disebut sebagai era komputerisasi. Teknologi yang memungkinkan efisiensi dicapai berlipat, yang seimbang dengan tingkat produktivitas tenaga yang luar biasa.
Ketiganya diperoleh secara sempurna oleh manusia dalam satu abad terakhir –walau pergulatan untuk itu sudah berlangsung selama berabad-abad sebelumnya. Betapa dalam waktu terakhir yang singkat, dengan temuan yang berlipat-lipat. Sekali lagi, moral harus menjadi kekuatan utama ketika manusia tidak ingin semuanya pada posisi senjakala.
Semuanya tidak bisa dihitung. Korban tidak dihitung untuk diganti, melainkan akan mencatatnya sebagai tragedi-tragedi. Manusia yang dikreasikan juga tidak boleh meninggalkan moral, karena mesin berbeda dengan keberadaan manusia. Era ini, semua hal bisa diganti, tetapi tidak dengan nyawa yang menjadi modal utama dari keberadaan manusia lahir dan batin. Makanya istilah duplikasi dan pabrikasi merupakan kegelisahan.
Dalam al-Quran jelas sekali disebut, ketika ada seorang manusia yang membinasakan manusia lain tanpa alasan yang jelas, ia bisa disamakan dengan membinasakan semua manusia. Bukankah itu menggambarkan bahwa bukan pada banyak angka?