Pengemis

Entah apa di benak kita, saat mengetahui ada pengemis yang memiliki paspor dan dolar. Bagi saya, harus dibedakan antara etis dan tekad. Secara etis, seseorang yang mengemis, seharusnya hanya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat …

Entah apa di benak kita, saat mengetahui ada pengemis yang memiliki paspor dan dolar. Bagi saya, harus dibedakan antara etis dan tekad. Secara etis, seseorang yang mengemis, seharusnya hanya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat dasar, yang selama ini tidak mampu dipenuhi. Kebutuhan makan dan pakaian, adalah yang utama. Dari segi tekad, mungkin tidak ada yang salah. Seseorang yang memenuhi kebutuhan –tidah berhenti pada kebutuhan dasarnya saja, melainkan kebutuhan kelas yang aneh dimiliki seorang pengemis.

Seorang peminta yang ternyata memiliki kemampuan dari orang-orang yang diminta, di satu sisi bisa aneh, walau dalam sisi tertentu mungkin biasa saja. Konteks materi, tetap menjadi kasus luar biasa, walau dalam konteks yang lain, misalnya ilmu, tidak masalah seorang yang sudah banyak ilmu, tetap meminta ilmu dari orang lain.

Semangat untuk memperbaiki tekad inilah yang sebenarnya positif. Namun dari sisi yang lain, ada yang negatif. Sisi positif inilah yang menarik untuk dijadikan salah satu strategi dalam pencapaian kuantitas hidup –yang semuanya diharapkan berimplikasi kepada kualitas hidup.

Jadi sewaktu-waktu muncul keanehan bisa dipahami. Hal yang selalu muncul di benak ketika melihat pengemis, adalah pertanyaan, yang mana sebenarnya yang disebut pengemis itu. Apakah yang disebut pengemis adalah mereka yang berdiri di persimpangan jalan sambil mendekati setiap kendaraan yang berhenti di traffic light dengan menengedah tangan? Mereka yang secara bergiliran masuk warung kopi, sebagaimana ketika sedang minum kopi ada yang juga menengedah tangan? Atau ada yang di luar itu?

Pada dasarnya, bila melihat rumusan bahasa, pengemis itu adalah orang yang meminta-minta, yang mengemis. Mereka yang melakukan emis itu, adalah mereka yang meminta-minta sedekah. Cara yang digunakan dalam meminta adalah dengan merendah-rendah dan dengan penuh harapan akan diberikan apa yang diminta.

Seandainya pengemis itu terkait dengan meminta-minta sedekah, maka sungguh tidak semua orang bisa masuk dalam kategori mengemis. Sebab yang dimaksudkan dengan sedekah adalah pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yang berhak menerimanya (di luar yang wajib seperti zakat) yang diberikan menurut kemampuan pemberi. Sifat pemberiannya derma, atas dasar kemurahan hati, baik bantuan uang maupun bantuan jenis yang lain.

Dengan demikian, tidak semua peminta-minta juga sepadan dengan pengemis, terutama bila pemberian tidak berdasar kemurahan hati. Orang yang tidak mau seribu, hanya mau lima ribu, itu juga bukan pengemis. Sebaliknya, walaupun meminta dengan merendah-rendah dengan rasa iba, sementara kadar kebutuhan hidup sudah terpenuhi, itu juga tidak termasuk kategori mengemis.

Bisa dibayangkan ketika pengemis, ditemui paspor dan dolar. Entah apa yang di pikiran ketika mengetahui ada pengemis yang ditangkap memiliki puluhan juta. Atau memiliki rumah dan kendaraan di kampungnya. Bisa muncul berbagai tanggapan.

Kita bisa melihat beberapa kliping yang menggambarkan semua kondisi di atas. Suatu kondisi yang mungkin akan berimplikasi kepada orang-orang kecil yang mengharap iba dari mengemis.

Makanya saya ingin sekali memberikan pendapat yang barangkali lebih luas dari konsep di atas. Pengemis tidak mungkin dibatasi pada strata kehidupan tertentu–level terendah dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Sikap mengemis, bisa dilakukan oleh siapa saja, walau tidak dimaksudkan untuk menjadi pengemis. Orang-orang yang menengedah tangan dengan cara yang lain, semisal mengejar proyek tertentu, dasarnya juga mengemis. Orang yang mengiba-iba dengan merendahkan diri agar mendapatkan fasilitas dan jabatan tertentu, bisa jadi mungkin masuk dalam kategori ini.

Jadi, tidak terbatas pada orang yang kita lihat di bawah traffic light. Tidak terbatas pada orang yang datang meminta sedekah ketika kita sedang duduk di warung kopi. Tidak terbatas pada mereka yang duduk di pinggir jalan memperlihatkan kondisi fisik tubuhnya yang berkekurangan untuk mengharapkan orang lain membantunya.

Tidak sebatas itu.

Leave a Comment