Proposal

Pertanyaan pentingnya adalah seberapa serius kita mempersiapkan hidup? Orang yang ingin mencapai kualitas hidup yang luar biasa, akan dipersiapkan kehidupannya dengan bersahaja. Mereka yang tidak mempersiapkan diri, bahkan untuk capaian yang biasa pun, masih bisa …

Pertanyaan pentingnya adalah seberapa serius kita mempersiapkan hidup? Orang yang ingin mencapai kualitas hidup yang luar biasa, akan dipersiapkan kehidupannya dengan bersahaja. Mereka yang tidak mempersiapkan diri, bahkan untuk capaian yang biasa pun, masih bisa dipertanyakan.

Kualitas sangat penting diperbincangkan dalam hidup. Orang yang tidak mempersiapkan hidupnya, otomatis tidak mau mencapai sesuatu yang besar. Padahal saat membayangkan bagaimana seseorang harus berjuang menyiapkan kehidupan nanti, sangat ditentukan oleh sekualitas apa hidupnya itu dipersiapkan.

Terus terang ketika melihat buku Jamil Azzaini, saya teringat banyak hal. Dengan lugas ia menulis dalam Tuhan, Inilah Proposal Hidupku, buku yang tidak begitu tebal yang terus-terang membuat saya merasakan semakin banyak hal yang belum saya persiapkan.

Dengan demikian, saya sepertinya masih meragukan. Jangankan untuk menjadi generasi yang biasa-biasa saja, menjadi generasi yang di bawah itu saja rasanya masih perlu dipertanyakan. Saya bahkan semakin merasakan persiapan akan hidup dan kehidupan yang rendah sekali.

Bukankah, betapa untuk hal-hal yang penting dalam hidup, malah kita membiarkan berlangsung tanpa arah yang jelas, tegas, dan konkret? Sedangkan untuk hal-hal yang sia-sia, malah kita persiapkan dengan indah.

Secara sederhana, proposal adalah tawaran rencana kita mengenai masa depan. Ketika orang ingin melakukan sesuatu, ia menyusun secara lengkap dalam satu rencana. Bagi yang sedang pendidikan, untuk melakukan penulisan akhir, sangat dekat dengan kata ini. Proposal juga dekat dengan rencana dan pelaksanaan proyek. Pembangunan apapun, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang, harus bisa direncanakan dengan baik dalam rentang waktu yang diusulkan.

Ketika setelah bencana, juga ada proposal bagaimana rehabilitasi dan rekonstruksi akan dilaksanakan. Lengkap dengan cara kerja, metode, maupun waktu yang akan dihabiskan. Ada rencana dan tahapan yang kemudian bisa dilihat perkembangannya dalam perjalanan waktu. Bukan hanya mereka yang melaksanakan, orang lain pun bisa melihat perkembangannya.

Demikianlah seyogianya manusia, mempersiapkan peta hidupnya atas jatah waktu yang tersedia. Memang umur itu tidak ada yang tahu. Akan tetapi dalam menentukan proposal hidup, sependek apa umurnya tetap harus dipersiapkan. Tidak jelasnya rentang umur kita, bukan berarti manusia tidak boleh mempersiapkan apa-apa.

Sebagai proposal, pun bukan sesuatu yang tidak bisa berubah. Dalam perjalanan melalui babakan tertentu, ketika dirasakan sudah muncul hal yang baru dan membutuhkan perbaikan, maka itu bukanlah sesuatu yang buruk untuk dilakukan. Semuanya adalah proses belajar.

Untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik, maka proposal hidup yang apa adanya, bisa saja direvisi. Apalagi perkembangan dunia yang berubah dalam waktu yang cepat. Dengan proposal lama, barangkali akan ada sesuatu yang perlu dipersiapkan dengan perkembangan baru itu. Perkembangan yang baru sudah pasti membutuhkan energi dan cara-cara yang baru. Sekiranya hal demikian tidak dilakukan, bukan tidak mungkin kita akan terjerumus ke jurang yang paling dalam.

Proposal inilah yang harus dipersiapkan oleh generasi hebat. Generasi pekerja keras harus menyingsingkan baju, tidak hanya untuk melakukan sesuatu dengan semangat membara, melainkan apa yang mau dilakukan itu sudah tertata sedemikian rupa melalui tahapan-tahapan dan target yang akan dicapai.

Kita hidup dalam dunia yang hampir tak berbatas. Dunia ini pun seperti belantara, di mana setiap orang di dalamnya, ketika tidak berusaha menggunakan penunjuk arah, kompas, atau semacamnya, maka ia akan semakin tidak tahu ke mana arah hidupnya. Penunjuk arah ini bisa jadi semacam alat operasional dari rencana besar hidup seorang manusia.

Maka sejak sekarang, mari kita pikirkan untuk membuat rencana. Jangan kita biarkan waktu terus berlalu dan tiba waktu ketika kita tidak bisa melakukan apa-apa lagi.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment