Bagi mereka yang menjalani, ekspresi kebahagiaan itu bukan sesuatu yang rumit. Orang yang melihat dan tidak memahami bagaimana pentingnya momentum yang ditunggu, mungkin akan tampak rumit. Seseorang yang sedang menunggu momentum tertentu, akan melakukan apa saja yang membuatnya bisa berbahagia. Tidak heran, semangat mereka yang menunggu momentum tertentu lebih hebat dari kita yang biasa-biasa saja.
Pertanyaannya adalah bagaimana rasa bahagia itu ingin kita gambarkan? Ketika datangnya Ramadhan, jika kita mengaku bahwa itu merupakan tamu agung, maka apa yang sering kita lakukan? Orang yang yang merasa demikian, sungguh membuat hatinya berbunga-bunga dan sumringah bahagia. Sesuatu yang dirindui, sejak berbulan sebelumnya tiada henti berdoa dan penuh harap akan menjumpai tamu agung ini. ibarat menunggu sesuatu yang sangat penting, tidak saja menunggu saja, melainkan melakukan berbagai persiapan dalam penantian yang dirindui demikian.
Apakah orang-orang yang menunggu Ramadhan melakukan persiapan-persiapan penting dalam hidupnya? Seyogianya, kalau Ramadhan dianggap penting, maka berbagai persiapan akan dilakukan. Sesuatu yang membuat Ramadhan lebih terasa dan menyemangati beribadah pada bulan ini, semua akan dilakukan persiapan secara bersahaja.
Lalu pertanyaannya, apakah ada yang tidak merindui? Nah jika pertanyaan ini, jangan tanya. Dalam kehidupan, dalam berbagai hal, tidak semua orang mengikuti. Kepada kita biasanya dihamparkan dua pilihan, jalan baik dan jalan sebaliknya, maka tidak semua orang akan memilih jalan baik, walau disadari sepenuhnya bahwa memiliki jalan yang tidak baik itu berimplikasi sangat buruk bagi kehidupannya.
Layaknya sesuatu yang dianggap penting akan datang, bagi yang merasa demikian, akan dipersiapkan dengan luar biasa. Kita bisa berkaca apa yang akan kita lakukan ketika mau bertemu dengan orang-orang yang sangat penting dalam hidup kita. Tentu dipersiapkan serius. Dalam berbagai aspek. Tidak hanya sebatas pakaian. Orang yang sedang menghadapi hal demikian, juga akan mempersiapkan berbagai hal lain, seperti mengatur berbagai persiapan, kendaraan yang dipakai, bahkan wewangian yang akan dipadukan dengan persiapan itu. Apalagi jika yang ingin ditemui itu sebagai sesuatu yang lebih penting dari itu.
Maka tak bisa dibayangkan, jika ada orang yang merasa akan menerima tamu agung, justru melakukan persiapan yang biasa-biasa saja. Persiapan yang dilakukan akan memberikan gambaran utuh mengenai bagaimana sesungguhnya perasaan kita terhadap yang kita tunggu. Kita boleh saja berucap bahwa kita rindu, namun ternyata tidak terlihat dalam persiapan konkrit kita untuk itu, maka apakah itu sepadan dengan rasa rindu demikian? Sepertinya patut dipertanyakan. Sebaliknya, mereka yang melakukan persiapan luar biasa, tidak perlu memberi tahu ke semua penjuru, karena orang yang lihat pasti merasakan akan persiapan orang tersebut. Dengan demikian, akan diketahui bahwa merekalah perindu yang sesungguhnya.
Porsi apa saja yang kita sediakan untuk menjalani waktu yang agung ini? Jangan-jangan kita justru tidak mencoba merencanakan apapun. Jangankan untuk menulis secara ketat, bahkan mengingat saja tidak. Tipe begini tidak bersemangat untuk digolongkan dalam tipe yang merindui. Berbeda dengan mereka yang rindu. Mereka sudah mencatat ketat apa yang akan dilakukan selama sebulan penuh. Hal apa saja yang mesti diselesaikan, apa yang akan dilakukan, agenda kemana saja akan didatangi. Semua sudah disusun sedemikian rupa, dan untuk menyusun ini sendiri butuh energi, inilah yang bisa disebut mempersiapkan diri.
Orang yang sudah mencatat, dalam perjalanan selalu bisa mengoreksi apa saja yang bisa dilakukan. Untuk hal yang tidak bisa diwujudkan, akan dicari tahu dimana masalahnya, sehingga bisa diselesaikan. Dengan begitu, apa yang direncanakan akan berjalan sebagaimana mestinya.
Jadi siapapun yang bercerita dengan adanya kerinduan, harus dilihat sejauhmana yang bersangkutan berusaha menggapai tekad dalam implementasi aktivitasnya. Implementasi itu sendiri, akan lebih rapi jika disiapkan dalam sebuah rencana yang matang, bukan diawang-awang. Orang yang mempersiapkan beginilah, walau tidak diucap, kita akan tahu bahwa mereka benar-benar sedang merindu.