Sampah

Pada satu waktu, saat Pemerintah Kabupaten Aceh Besar mempercayakan saya sebagai salah satu orang yang merumuskan narasi untuk mengatur soal sampah. Atas alasan itu, saya mengelilingi banyak tempat. Khususnya di Aceh Besar. Saya mengunjungi sejumlah …

Pada satu waktu, saat Pemerintah Kabupaten Aceh Besar mempercayakan saya sebagai salah satu orang yang merumuskan narasi untuk mengatur soal sampah. Atas alasan itu, saya mengelilingi banyak tempat. Khususnya di Aceh Besar. Saya mengunjungi sejumlah tempat, dari tiga sudut Aceh Besar, plus pulau. Mulai dari sudut Lhong, sudut Krueng Raya-Lampanah, hingga sudut Lembah Seulawah-Jantho. Sejumlah pulau dalam wilayah Aceh Besar, Pulau Breuh dan Pulau Nasi. Untuk menyelesaikan hal ini, saya mengunjungi secara khusus. Bukan berarti sebelum itu saya tidak mengunjungi. Dengan sejumlah pengalaman, termasuk melihat eksistensi mukim-mukim, saya berkesempatan untuk melihat banyak tempat.

Jika diukur dengan sebaran daerah, bagi saya titik-titiknya terlelu melebar. Hal ini berdampak pada efektivitas pelayanan. Alhamdulillah hal ini ditangani dengan sejumlah kantor publik yang berdekatan dengan masing-masing sudut Aceh Besar. Artinya tidak semua urusan, orang yang berkepentingan harus menjangkau Jantho sebagai pusat pemerintahan. Hal ini tentu sangat berdampai pada mereka yang berada di Lhong, Krueng Raya, hingga pulau. Untuk menjangkau pelayanan, harus dipikirkan agar masyarakat mendapatkan pelayanan dengan kualitas yang sama dengan orang-orang yang berada dekat dengan pusat pemerintahan.

Dengan pengalaman melihat titik-titik secara dekat ini, salah satu perilaku yang terlihat tidak tertata dalam hal pengelolaan sampah. Kecenderungan ini, sepertinya juga berlaku untuk semua tempat. Bahkan di pusat ibu kota provinsi sekali pun. Tumpukan sampah sering terlihat di Kota Banda Aceh, dan kerap dibiarkan begitu saja. Pada saat tertentu, melihat realitas ini, lalu membandingkan dengan hadiah lingkungan, rasanya berbanding terbalik. Ada soal perilaku yang secara serius harus dipikirkan. Mentalitas orang-orang yang membuang sampah begitu saja tanpa peduli terhadap dampak dari perilakunya.

Suatu kali saya mendengar ceramah. Seorang teungku memiliki pengamatan yang sama. Ia melihat bagaimana orang-orang membuang sampah seenaknya. Ironisnya, perilaku yang semacam itu tidak selalu dilakukan orang-orang yang berpendidikan rendah. Mereka yang berpendidikan tinggi, bahkan bertugas untuk membangun mentalitas yang baik, juga melakukan hal yang sama. Ia pernah melihat orang penting, sering berdiri di mimbar untuk mengarahkan perilaku orang lain, ternyata pernah dijumpai membuang sampah sembarangan. Ini mentalitas penting yang seyogianya harus dibangun dengan baik.

Saya beberapa menyaksikan bungkusan sampah diletakkan begitu saja. Ada orang yang melakukannya berulang-ulang. Bagi saya, soal orang yang tidak menggunakan otaknya dalam membuang sampah tidak pada tempatnya, perlu mendapat perhatian. Meletakkan saja sampah yang dibawa dari rumah, di pinggir-pinggir jalan, walau sudah bertulis dilarang buang sampah di sini. Entah bagaimana perasaan orang, saat menyaksikan ada tulisan dilarang buang sampah, namun meletakkan begitu saja. Realitas itu, dekat dengan kehidupan kita. Bahkan mungkin bisa dilakukan oleh orang-orang dekat kita.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment