Surga

Sempurna itu siapa yang punya? Yang jelas bukan milik manusia. Setiap kita pasti memiliki kekurangan. Tidak mungkin tidak. Atas kekurangan itulah manusia saling belajar. Orang yang merasa diri sudah sempurna, adalah bentuk dari ketidaksempurnaan itu. …

Sempurna itu siapa yang punya? Yang jelas bukan milik manusia. Setiap kita pasti memiliki kekurangan. Tidak mungkin tidak. Atas kekurangan itulah manusia saling belajar. Orang yang merasa diri sudah sempurna, adalah bentuk dari ketidaksempurnaan itu.

Usaha untuk mencapai titik sempurna, adalah hal yang memungkinkan dilakukan manusia. Capaian itu, bukan hanya lewat tampilan, melainkan juga dari batin dan jiwanya. Orang yang memanipulasi dan hanya mengejar tampilan seolah sempurna, akan mengalami dua derita sekaligus, berbohong dan ketidaksempurnaan.

Bahagia itu boleh dibilang sebagai tangga puncak dari tujuan hidup manusia. Tidak ada yang lebih penting selain mencapai kebahagiaan hidup tersebut, baik di dunia maupun nanti di akhirat. Orang yang hidup di dunia, melakukan apapun untuk mencapai derajat itu. Sebagian orang merasa bahwa kebahagiaan itu hanya bisa diraih dengan uang dan materi. Maka orang banting tulang, mulai pagi hingga pagi lagi, pontang-panting mencari yang namanya uang. Namun apa yang terjadi. Setelah uang didapat, ternyata posisi bahagia yang diharapkan juga masih berjarak. Orang-orang yang memiliki banyak uang, sering mengeluh karena belum bahagia. Penyebabnya bisa berbagai macam. Tempat kerja yang tidak nyaman. Pulang ke rumah tidak membuatnya santai. Apalagi duduk di tempat lain. Fenomena yang muncul kemudian adalah menjadikan tempat bayangan sebagai harapan bahagia, misalnya tempat hiburan malam, atau menggunakan obat-obatan terlarang yang tujuannya untuk menenangkan diri.

Berbeda dengan orang lain, yang merasakan ada bahagia di mana-mana. Orang yang tidak punya uang, atau mereka yang memiliki uang pas-pasan, justru bisa enak dan nyaman tidur dimana saja. Begitu merebahkan diri langsung melayang. Sedangkan banyak mereka yang di kamarnya memiliki kasur empuk dan pengatur udara yang ayem, ternyata tidak membuatnya bisa tidur enak. Kondisi ini menggambarkan bahwa kebahagiaan tidak ditentukan oleh gemerlapnya hidup. Pun tidak juga karena tingginya pendapatan, sehingga banyak orang berlomba-lomba untuk mendapatkan kuasa puncak, jabatan yang tinggi, dan pendapatan yang selangit. Tak jarang untuk mencapai jabatan puncak itu, orang saling sikat-sikut dan rela melakukan apapun. Bahkan ada yang dengan anggota keluarga sendiri bersaing secara kejam dan keras.

Begitulah ketika bahagia dibayangkan akan dengan mudah dicapai ketika kuasa dan kekayaan ada dalam genggaman. Kenyataan tidak demikian. Kebahagiaan ini ditimbulkan oleh rasa senang. Bahagia itu suatu kondisi di mana perasaan kita itu senang dan tenteram. Senang itu adalah rasa legal dan puas, tanpa rasa susah dan kecewa. Bagaimana caranya kita mencapai bahagia? Senang inilah targetnya. Perasaan senang inilah yang seyogianya kita jaga terus-menerus. Perasaan bahagia itu bisa terus membesar sekiranya orang-orang di sekitar kita juga merasakan hal yang sama. Tidak merasakan sendiri saja. Semakin banyak orang di sekeliling kita yang bisa merasakan senang, maka semakin besar pula rasa bahagia yang termunculkan. Semakin lama orang-orang di sekeliling kita merasakan senang, maka hal itu turut terpantul bagi diri kita untuk merasakan senang lebih lama.

Rumah yang disebut sebagai surga dunia, ketika orang-orang bisa merasakan rasa senang ini terus-menerus. Rasa senang ini bukan muncul dari adanya pengaruh obat-obatan penenang, atau reaksi dari mendatangi hiburan malam. Perasaan senang ini benar-benar muncul karena hidup sesuai batas dan garis yang telah ditentukan. Ketika hal itu bisa dicapai, maka bukan hanya surga di dunia yang bisa dirasakan, melainkan surga dambaan semua orang nanti sesudah mati. Inilah puncak bahagia akhirat yang selalu kita berdoa di akhir shalat dan dalam setiap detik kehidupan.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment