TV Kita

Adakah rumah yang tidak ada televisi? Pasti ada kan? Tapi apakah televisi itu akan memudahkan hidup kita? Jawabannya bisa beragam. Yang jelas, televisi tidak bisa dilepaskan dari berbagai tayangan di dalamnya. Sebagian besar tentang hiburan. …

Adakah rumah yang tidak ada televisi? Pasti ada kan? Tapi apakah televisi itu akan memudahkan hidup kita? Jawabannya bisa beragam. Yang jelas, televisi tidak bisa dilepaskan dari berbagai tayangan di dalamnya. Sebagian besar tentang hiburan. Sedikitnya ada tentang dakwah. Sebagian lagi, ada mencari uang dengan tayangan-tayang bernuansa agama. Kita yang menonton, terpilah cara menanggapi hal semacam ini. Sebagian menyebut tidak bisa menggunakan tayangan agama yang bercampur dengan tayangan yang tidak bernuansa agama. Sedang acara ceramah agama yang sangat penting dan baik, tiba-tiba diselingi iklan yang bertolak belakang dengan substansi yang sedang diisi.

Kondisi semacam ini perlu diresapi dalam batin kita. Para ahli batin menyebut idealnya tidak bisa membersihkan tangan kotor dengan air yang bernajis. Begitulah tamsilnya. Menggunakan ruang untuk agama, namun bercampur dengan tayangan yang bertolak belakang. Sebagian kita akan berkilah, bukankah ini juga sebagai salah satu jalan untuk semakin memperbanyak orang-orang yang menontonnya.

Terlepas bagaimana tanggapan kita terhadap hal demikian. Kesannya selama ini, menikmati hal yang terkait kebaikan, tidak dipermasalahkan ia bercampur dengan tayangan-tayangan buruk. Menikmati banyak tayangan hiburan yang berisi kemaksiatan, tidak disadari kadang bercampur dengan ajakan untuk berbuat kebaikan. Tidak ada lagi yang mempermasalahkan, apalagi sampai merisaukan. Maka lembaran channel yang kita buka di televisi kita, ia sudah imun dengan batasan moral yang memungkinkan kita menontonnya. Dalam 24 jam yang ada, kita juga sudah menganggap aneh atas tayangan-tayangan yang aneh. Anehnya, walau itu juga kita nonton bersama anak-anak kita.

Selama ini, orang-orang penting sudah menyediakan berbagai ukuran televisi di ruang-ruang istirahat rumahnya. Orang-orang yang mengajak untuk berbuat kebaikan, kerap tidak mengontrol di ruangnya juga berisi tayangan-tayangan yang berisi tentang kemungkaran. Pada saatnya, di ruang-ruang yang sedang kita bicarakan kebaikan pun, sambil sesekali menonton atau menoleh tayangan yang berisi kemaksiatan.

Kita bisa bayangkan, betapa tidak ada masalah saat sesekali televisi di rumah kita berisi adegan-adegan yang rendahan dan seronok. Ada pergeseran batasan porno itu dalam dunia hiburan di negara kita. Hiburan di televisi, walau pun malu kita menontonnya, tidak mampu lagi kita protes dengan baik karena takut kita dianggap sebagai orang yang ketinggalan zaman.

Begitulah dunia yang sedang berkembang pesat. Ia berkembang sering tidak terkontrol, yang bukan saja berharap kita memiliki kemampuan untuk menanggulanginya. Secara tidak sadar, kita menjadi bagian untuk menikmati tayangan-tayangan yang televisinya kita pasang di runag penting rumah kita.

Masih adakah ruang bagi kita meresapi kembali realitas hiburan yang sebagian berdampak tidak baik? Atau ia kita biarkan saja berlaku begitu saja, sambil kita juga menikmatinya?

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment