Ajakan untuk memanfaatkan waktu secara tepat dan bersahaja, sangat penting karena tidak bisa menebak kapan usia kita mencapai finisnya. Semua waktu yang kita pergunakan, akan kita pertanggungjawabkan kepada Allah. Sama seperti mempertanggungjawabkan harta dan anak, waktu juga akan ditanyakan apa saja yang kita lakukan dengan waktu yang tersedia.
Soal mengenai bagaimana waktu kita manfaatkan, adalah hal penting. Ditilik dari tujuan praktis, alasan sederhana yang mungkin pada tataran yang praktis, soal pentingnya waktu dimanfaatkan seefisien mungkin, adalah pada apa yang kita pikirkan saat ini, belum tentu akan terpikir nanti. Berpikir untuk berbuat baik sekarang, belum tentu nanti akan muncul lagi. Makanya ketika berpikir untuk berbuat baik, segeralah untuk melakukan perbuatan baik, karena kesempatan untuk berbuat baik bisa jadi akan hilang ketika momentum tersebut tidak dimanfaatkan.
Alasan belum tentu nanti, itu ada berbagai sebab. Pertama sekali mengenai faktor umur. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa sekian waktu mendatang kita masih bernafas. Alasan ini yang mengharuskan kita untuk selalu berbuat baik, melaksanakan segala perintah, dan menjauhi segala yang dilarang. Kasihan sekali –baik di dunia dan di akhirat—apabila seseorang menemui finis hidupnya di tempat yang tidak layak. Kita mendengar orang mati di tempat pelacuran atau di tempat minuman keras. Ada yang mati karena bunuh diri. Padahal sebelumnya ada waktu untuk berbuat baik, namun karena tidak diketahui kapan akhir hidup, momentum itu terbuang percuma.
Alasan kedua adalah mengenai semangat yang juga turut menentukan seseorang akan melakukan baik juga ketika nanti –jika ada panjang umur. Barangkali ada sebagian orang yang sudah bisa menjaga semangat untuk berbuat baik, maka tipe orang yang demikian, dalam hidupnya selalu dihiasi dengan perbuatan baik. Sedangkan sebagian yang lain, bukan saja tidak mampu melakukan perbuatan baik sepanjang waktu, melainkan turut terjebak dalam perbuatan buruk.
Di sini, perbuatan baik terkait juga dengan pengelolaan semangat. Spirit ini harus dikelola agar setiap kita merasa bersemangat untuk terus melakukan perbuatan baik kapan pun dan di manapun. Perbuatan baik bukan kita lakukan karena di depan orang banyak, karena kita yakin bahwa dalam posisi sendiri pun, Pencipta dan malaikatnya selalu bertugas memantau setiap manusia.
Mengenai bagaimana hal itu dilakukan, mungkin kita bisa mencontoh pada beberapa hal yang lain. Ada hal sederhana yang sering saya alami, terutama terkait dengan aktivitas saya dalam menulis, menyangkut bagaimana pikiran itu dikelola. Pikiran dalam hal ini, sesuatu yang masih ada di awang-awang, belum kita kongkretkan dalam bentuk tulisan. Banyak yang kita berpikir di waktu tertentu, lalu menjadi hilang tiba-tiba pada waktu yang lain. Tidak banyak orang yang bisa mengingat apa yang dipikirkan sekarang, lalu teringat lagi nanti ketika dibutuhkan. Tidak banyak orang yang mampu dan memiliki kelebihan demikian. Yang banyak justru mereka yang dipikirkan sekarang, ketika tidak dikelola, maka bisa jadi dalam beberapa waktu kemudian hilang tak berbekas.
Begitu juga dengan perbuatan baik. Semangat yang muncul sekarang ini harus benar-benar dijaga, agar nanti ketika kita ingin melakukan perbuatan baik, tetap memiliki semangat yang tinggi. Tidak akan terpengaruh dengan alasan apapun atau godaan apa saja. Ketika kita berpikir untuk melakukan sesuatu yang baik, maka segera didukung oleh semangat untuk melakukan sesuatu yang baik itu.
Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.