Bangun pagi ini, Kamis, 27 November 2025, dalam riuh hujan yang turut seperti menumpuk yang disertai angin kencang. Sepertinya sudah lebih 24 jam, listrik mati total. Pagi ini, merasakan bagaimana persiapan lain yang selalu harus dilakukan saat listrik mati seperti ini. Kami memiliki empat bola lampu simpan energi, satu senter, dan satu lampu yang sengaja disiapkan istri saya untuk kondisi-kondisi darurat.
Dengan sejumlah lampu tersebut, kami gilir penggunaannya. Siang hari –sejak pagi tadi—walau agak sedikit gelap karena listri mati, tetap tidak kami hidupkan karena berharap tersimpan untuk malam. Pagi ini, kami membuka sumur yang biasanya ditarik dengan mesin air. Lalu dengan menggunakan timba, dan tubuh basah kuyub sebab hujan dan angin yang keras makin menjadi-jadi.
Air sungai meluap hebat. Halaman rumah kami, kemarin hanya sedikit, pagi ini tergenang total dan dari pantauan sederhana, ternyata air terus meninggi. Kami lihat dari belakang rumah, ternyata hamparan air sudah merata dan terlihat hingga ke Tungkop –yang jaraknya sekitar 3 kilometer melalui sawah. Dengan hamparan itu, kondisi makin menakutkan. Dengan kondisi yang tidak bisa keluar leluasa.
Saya berinisiatif mengeluarkan kendaraan dan memarkirkan di pinggir jalan. Kami berpikir praktis, jika nanti di depan rumah kami genangan semakin tinggi, maka kendaraan sudah berada di jalan yang letaknya lebih tinggi.
Kami hanya memiliki beras dengan sedikit sayur, yang dimasak untuk makanan pagi ini. Untung kebiasaan kami menyimpan beberapa bungkus roti kering yang biasanya untuk menutup lapar saat-saat tertentu. Makanan ini jadi penopang kebutuhan pagi itu. kami belum tahu menghubungi siapa untuk menanyakan bagaimana kondisi listrik.
Hal yang lebih vatal, hubungan dengan alat komunikasi juga mati total. Kami tidak bisa berkomunikasi dengan siapa pun. Dalam kondisi ini, menambah kalut suasana. Sejumlah kemenakan yang sedang kuliah di Banda Aceh tidak bisa dihubungi. Hal yang sama tidak bisa menghubungi bagaimana kondisi kampung dan sekitarnya.
Tempat tinggal kami dalam hujan deras hingga malam ini. Hujan yang terdengar gemuruh seng, beda dari biasanya. Dengan hembusan angin yang juga berbeda. Kami menyalakan lampu secara bergiliran. Harus menghemat, karena yang dipunyai makin terbatas, sedangkan yang lain tidak bisa diakses dengan baik.
Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.