Sejak kemarin subuh, hujan tidak berhenti. Hujan lebat, disertai angin kencang dan suara suingnya yang menyeramkan. Sejak semalam, mereka yang bertugas pada pemantauan cuaca, memberi kabar tentang adanya angin Siklon Tropis Senyar. Jenis angin ini membawa hujan lebat dan angin kencang.
Menurut pantauan, pola angin di perairan Aceh bergerak biasanya dari timur laut-timur, tetapi dalam dua hari ini, angin menjadi lebih kuat akibat badai yang terbentuk di perairan dan kemudian melintasi daratan.
Angin kencang sudah mulai sejak tiga-empat hari yang lalu. Hujan ringan sudah terjadi sejak Sabtu sore. Namun hujan tersebut, dalam dua hari terus terasa lebat. Parahnya angin kencang terasa dampaknya. Angin kencang terkait hujan lebat, yang terasa di Aceh mulai terasa dampaknya, yakni sejumlah tempat sudah menumpuk genangan air.
Hari ini, listrik mendadak mati. Dari sejumlah info, ada kabar tentang sejumlah tiang listrik yang menghubungkan dengan Sumatera Utara, sudah roboh akibat angin kencang. Tentu saja dampaknya lebih serius: Aceh menjadi gelap-gulita. Ketergantungan listrik Aceh pada daerah tetangga, menyebabkan Aceh nyaris seperti tidak bisa berbuat apa-apa. Aceh gelap dan juga tidak ada sesuatu yang bisa dilakukan pada kondisi seperti ini.
Di sekitar tempat tinggal saya, air sudah mulai terasa. Sungai kecil di samping rumah yang tersambung dengan sungai besar, sudah mulau tumpah. Masyarakat yang berada di areal seberang, dengan persawahan, sudah mengeluh, karena ternyata mereka sudah mulai banjir.
Dengan kondisi mati lampu, Aceh mati suri. Masyarakat hidup dalam banjir, dengan kondisi mati lampu. Semalaman, kami tidur dalam kondisi gelap, dengan mendengar bunyi dentingan hujan yang jatuh bertumpuk di atas atap. Air yang bertumpuk, turut dikipas-kipas lebat oleh angin kencang yang membuat riuh tidak terdengar apa pun di luar saja.
Kami bisa tidur, walau tidak terlelap. Sulit bisa menikmati tidur yang berkualitas pada kondisi alam semacam ini. Hati kami gelisah. Kadang-kadang terbangun, menyenter sungai, untuk mencari tahu bagaimana air itu di dalamnya.
Terasa kemampuan kami yang tidak apa-apa, ya Allah. Entah apa yang bisa diperbuat oleh para penguasa yang memang semestinya bertugas untuk melayani kami, rakyatnya dengan baik.
Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.