Mentari Sudah Mulai Tampak

Saya dan istri, pagi ini menelusuri sejumlah tempat yang bisa digunakan sekedar untuk bisa recharge batre alat komunikasi. Ternyata tempatnya padat. Secara tidak terduga, kami singgah di warung kopi yang biasa, tampak hidup lampu, dan …

Saya dan istri, pagi ini menelusuri sejumlah tempat yang bisa digunakan sekedar untuk bisa recharge batre alat komunikasi. Ternyata tempatnya padat. Secara tidak terduga, kami singgah di warung kopi yang biasa, tampak hidup lampu, dan saya menanyakan kepada pemiliknya sejak kapan ia memiliki genzet. Ternyata mereka tidak memiliki mesin. Kawasan tersebut, sudah ada aliran listrik lebih cepat dari yang lain. Lantas kami berdiam satu jam lebih dan sangat membantu.

Saat berada di tempat itulah, kami mencoba berkomunasika dengan banyak orang. Mencari tahu posisi famili. Dengan jaringan yang payah dan masalah di lokasi lain tak kalah serius. Ternyata banjir besar melanda Aceh keseluruhan. Bukan sesuatu yang main-main. Sejumlah foto yang didapat dari grup yang sudah terbaca, tampak ini bukan banjir biasa.

Saya mendapat kabar, teman saya, Mukhlisuddin Ilyas (Direktur Bandar Publishing dan Sagoe TV), bersama Dr. Muhammad Adli Abdullah, sudah berangkat ke Bireuen menjenguk keluarganya. Mukhlisuddin menerobos banjir deras saat pulang ke rumahnya di Samalanga. Ternyata di pinggir sungai Batee Iliek, dua bilik santri dayah yang dipimpin Waled Ar (Waled Tarmizi), roboh. Ternyata berita ini sudah beredar sejak sehari sebelumnya. Awalnya pagar diterjang arus sungai, lalu ketika pagar paling belakang sudah rusak, air masuk ke dalam dengan arus deras dan menerobos pondasi bangunan hingga roboh.

Pagi itu pula, saya mendapat sejumlah video dari Simpang Panteraja, yang tampak deras dan setinggi pinggang orang dewasa. Sejumlah orang yang saya kenal dalam video, sedang membantu kendaraan yang lewat di jalan raya.

Banyak foto sudah bisa diakses tampak menyedihkan. Banjir yang terulangi, namun berbeda kali ini, karena terjadi secara masif seluruh Aceh. Jika sebelumnya banjir terjadi secara terbatas di wilayah tertentu, kali ini terjadi merata. Kondisi air yang juga nyaris sama, dengan arus deras yang luar biasa.

Ya Allah, entah apa yang sedang terjadi. Pasti ada sesuatu yang bermasalah dengan alam ini. Air yang turun seperti bah –wujudnya seperti bubur lumpur. Gumpalan air yang tentu tidak sederhana.

Ketika kami bangun pulang ke rumah sekitar jam 10, banyak orang lain mulai berdatangan ke  warung ini. Mereka mengalami hal yang sama: tidak ada lagi batre alat komunikasi; gelisah dengan apa yang terjadi pada keluarga besar mereka. Mereka ingin tahu banyak hal tentang Aceh, yang sepertinya sedang tidak baik-baik saja.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment