Merawat Anak

Sejumlah masalah penting harus mendapat perhatian kita, terutama dengan berbagai bentuk kekerasan terhadap anak. Kekerasan fisik terhadap anak sudah demikian dekat dengan kehidupan kita. Belum lagi dengan kekerasan psikis yang juga sudah menyatu. Mengasari anak-anak …

Sejumlah masalah penting harus mendapat perhatian kita, terutama dengan berbagai bentuk kekerasan terhadap anak. Kekerasan fisik terhadap anak sudah demikian dekat dengan kehidupan kita. Belum lagi dengan kekerasan psikis yang juga sudah menyatu. Mengasari anak-anak dengan kata-kata bukanlah sesuatu yang asing. Di sinilah terlihat masalah lainnya yang harus ”dibaca”, bahwa kekerasan fisik terhadap anak dengan mudah terlihat, sedangkan kita abai terhadap kekerasan psikis karena tidak tampak kasat mata.

Disamping itu orangtua kebanyakan membiarkan anak-anaknya dicengkeram oleh kekerasan televisi yang sudah pada level akut. Dalam tayangan yang berlabel ”untuk anak-anak” sekalipun berselimak dengan unsur kekerasan. Film-film kartun yang umumnya dipahami untuk anak, ternyata berisi perang kata dan tindak kekerasan.

Wujud kekerasan yang disebutkan terakhir, pada kenyataannya disadari, namun seperti tidak berdaya untuk dilawan. Hal ini mungkin disebabkan ”layar kaca” sudah tersedia hingga ke pelosok –bahkan kebanyakan kamar-kamar pribadi hidup manusia. Televisi kemudian menjadi kiblat bagi sebagian orang –dan dominan diikuti anak. Apa yang dilihatnya ditelevisi dengan mudah ditirukan untuk menjadi perilakunya.

Kita bisa menyaksikan tayangan-tayangan mutakhir dewasa ini. Kekerasan terjadi mulai dari sinetron hingga berita-berita –bahkan tayangan kriminal berlomba-lomba dalam menayangkan bagaimana orang-orang yang dikasari hingga berdarah-darah. Demo-demo yang menakutkan karena perebutan kekuasaan, secara vulgar bisa disaksikan oleh siapa saja. Belum lagi kata-kata kotor dan pola-pola licik yang berlaku dalam cerita-cerita, yang kita bisa memprediksikan betapa pengaruhnya itu bagi anak-anak di negeri kita.

Berbagai hal tersebut adalah gambaran bahwa betapa semua aspek berpotensi membawa pengaruh dalam kehidupan anak. Kegagalan mengharmonisasikan semua aspek, pada akhirnya turut berbuntut pada berbagai masalah yang dihadapi anak akhir-akhir ini.

Yang tampak adalah, menyelesaikan berbagai masalah yang menyangkut anak, seperti mengurai benang kusut. Mungkin terdapat 1001 masalah yang dihadapi oleh anak, di dalam negeri yang juga terdapat 1001 masalah. Dan yang tidak boleh dilupakan adalah, apa yang dialami oleh anak-anak sekarang ini, adalah buah dari ”tangan-tangan” orang dewasa. Intinya adalah betapa orang dewasa –dengan berbagai cara—telah menurutkan nafsunya dalam ”menghancurkan” masa depan anak.

Secara sadar atau tidak, orang dewasa telah melibatkan anak dalam berbagai problematika hidup yang tidak pernah selesai. Orang dewasa telah menggadai harapan anak dengan harga murah.

Kalau di kampung-kampung, barangkali karena ketidaktahuannya telah membiarkan harapan-harapan tersebut. Di kota-kota lebih tragis. Anak-anak menjadi mainan orang dewasa. Di dalam televisi, anak-anak ”memerankan” apa yang seharusnya diperankan oleh orang-orang dewasa.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment