Nama C. Souck Hurgronje termasuk penting dalam kancah ilmu pengetahuan. Ia termasuk dalam tipikal peneliti yang bersahaja, pada masanya. Tidak mudah menemukan peneliti yang sedetail ini, yang membantu ilmu pengetahuan, walau dalam sejumlah hal, tetap meninggal catatan kelam.
Merunut pada perkembangan kolonial, ternyata, nama ini juga tidak muncul begitu saja. Hal menarik yang bisa dibaca dalam buku “Nasihat-nasihat C. Souck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya Kepada Pemerintah Hindia Belanda 1889-1936” (Ambtelijke Adviezen van C. Snouck Hurgronje). Buku ini terdiri dari sembilan jilid, yang diterbitkan tahun 1990 atas hasil kerjasama Studi Islam Indonesia-Belanda (Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies -INIS-) antara Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, Departemen Agama, Jakarta dengan Jurusan Bahasa dan Kebudayaan Asia Tenggara dan Oceania, Universitas Negeri Leiden, Belanda.
Saya berterima kasih atas terbitnya buku sangat berharga ini. Bagi para pengkaji, catatan dalam buku ini sangat penting dalam memahami tidak saja langkah-langkah praktis kebijakan kolonial. Di belakangnya, ada dukungan orang berilmu yang tidak sederhana.
Banyak hal penting dalam buku ini. Salah satunya adalah bahwa ternyata usulan proposal untuk kerja Snouck tidak datang dari penguasa kolonial, melainkan dari Snouck sendiri. Dalam catatan yang disusun E Gobee dan C Adriannse mengungkapkan, untuk membuat proposalnya rasional, Snouck turut melampirkan catatan seseorang mantan petinggi dari Aceh yang bernama H Abdurrachman yang dikirim ke Snouck tertanggal 8 Muharam 1302 (Oktober 1884).
Proposal yang saya maksud adalah sejumlah catatan yang diberikan Snouck kepada penguasa kolonial, terutama unit terkait yakni Menteri Daerah Jajahan, di Batavia. Nota ini sudah disampaikan pada 26 Juli 1888. Setahun kemudian, Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Perhimpunan Betawi bidang Kesenian dan Ilmu Pengetahuan), usaha mendatangkan Snouck ke Hindia Belanda semakin nyata. Hal ini juga tidak terjadi dengan sendirinya. Keaktivan Snouck juga kuncinya. Hal ini antara lain bisa dilihat dalam suratnya kepada Menteri Daerah Jajahan tertanggal 2 Juli 1888.
Salah satu isi proposal Snouck adalah pengaruh agama dan semangatnya di daerah jajahan. Bahkan khusus untuk Aceh, ia menawarkan kajian khusus untuk melihat pengaruh Turki terhadap para pejuang Aceh. Pada akhir surat, ia menulis: “Dengan sendirinya saya selalu bersedia untuk memberikan semua keterangan yang dianggap perlu kepada Yang Mulia secara lisan atau tertulis”.
Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.