Mohon maaf, hari ini saya bercerita tentang hewan peliharaan. Tidak semua orang memiliki alasan mengapa mereka memelihara hewan tertentu, bukan hewan yang lain. Namun orang-orang yang berusaha mendapatkan pengetahuan tentang peliharaan mereka, sepertinya terus meningkat.
Saya melihat beberapa kali orang-orang mengumpul diri dalam satu komunitas tertentu. Bukankah kecenderungannya, semua orang ingin berkumpul dalam wadah dan kepentingan yang sama? Mereka yang memiliki kucing, berkumpul dan membentuk komunitas, untuk mendapatkan informasi tentang seluk-beluk, proses perawatan, hingga makanannya. Tidak cukup dengan komunitas kucing, masing-masing juga akan membentuk diri dalam komunitas yang lebih kecil, misalnya untuk jenis kucing kota, kucing kampung, dan sebagainya.
Sesungguhnya tak hanya peliharaan. Lihatlah bagaimana mereka yang memiliki kendaraan antik, dan semacamnya, juga akn mengumpul diri. Berbagai kepunyaan, oleh masing-masing empunyanya itu berusaha mendapatkan apapun tentang apa yag mereka punya itu.
Sama seperti harta tersebut, orang-orang yang memiliki peliharaan, sering tidak peduli apa yang akan mereka korbankan. Maaf jika saya bertamsil lagi. Lihatlah mereka yang suka sepak bola, seberapapun akan dikeluarkan demi tim yang disukainya. Mereka yang sangat fanatik, bisa secara total mendukung dan ikut kemana pun timnya itu.
Begitu juga rasanya dengan peliharaan. Orang tidak peduli berapa yang akan dikeluarkan untuk itu. Ada berbagai kepentingan. Sebagai catatan, hobi membuat orang tidak menggunakan lagi mesin hitung. Pengeluaran tidak terkontrol, karena biasanya saat semua terpuaskan, berapa yang dikeluarkan sudah tidak masalah.
Teman saya memiliki rumah perawatan hewan, yang ternyata memiliki pelanggan tersendiri. Pemilik mengeluarkan waktu khusus untuk merawat peliharaannya. Bisa dibayangkan berapa biaya perawatan yang dibutuhkan. Dengan komposisi makanan khusus, berapa kebutuhan makanan.
Catatan ini yang ingin saya bandingkan dengan kisah binatang serupa yang hidupnya di pinggir-pinggir jalan. Saya pernah tinggal di pinggiran kota besar. Dengan rutinitas keluar pagi, pulang siang atau menjelang sore. Hampir tiap hari demikian.
Saat berangkat pagi, saya sering melihat sejumlah tikus berlarian di pinggir jalan. Mereka naik dari saluran di kiri dan kanan jalan. Lalu bersembunyi di pekarangan atau taman rumah-rumah yang ada di pinggir jalan. Pemandangan ini sendiri bukan sesuatu yang baru. Tikus akan kembali ke tempatnya ketika matahari sudah naik. Dan di tempat tertentu, keberadaan tikus malah lebih banyak. Apalagi dengan ukuran yang tidak biasa. Ukuran mereka tidak seperti tikus sawah di kampung saya yang kecil-kecil. Di tempat itu, ukurannya lebih besar. Kalau malam, tikus tampak lebih banyak yang muncul. Mungkin kalau siang jarang terlihat karena banyak orang. Paling tidak, kalau keluar rumah siang hari, saya jarang melihat tikus sebagaimana sering saya lihat sewaktu malam, apalagi ketika waktu yang orang-orang belum banyak beraktivitas di jalan.
Pada saat yang sama, jumlah kucing sebenarnya sangat lumayan. Banyak pemilik rumah memiliki kucing, namanya kucing peliharaan. Jenis mereka sangat banyak. Kucing jenis ini begitu bebas di rumah, namun selalu bertanda ketika keluar. Bahkan anak-anak kecil, ketika membawa kucingnya keluar, selalu mengikatnya dengan seutas tali. Mereka memegangnya. Padahal, mungkin, tanpa tali pun, jarang kucing peliharaan akan lari atau tidak pulang ke rumah. Dan makanan mereka pada kondisi itu adalah makanan toko. Pemilik selalu akan membeli makanan kucing sudah jadi. Makanan yang selalu tersedia di pasar, tinggal beli, bawa pulang, lalu taruh ke tempat makan mereka tanpa perlu diolah lagi. Lagi-lagi saya harus membandingkan dengan makanan kucing di tempat kita. Mungkin karena akses terhadap makanan siap saji jauh, maka pilihan yang ada memberi ke kucing adalah bekas makanan kita.
Untuk perilaku mereka juga berbeda. Akan tetapi mohon maaf, ini bukan hasil eksperimen, apalagi hasil pantauan terperinci. Bisa jadi hanya perasaan saja. Kucing di tempat kita itu, kalau melihat tikus, ia akan kejar sekuat tenaga, walau ketika tikus ditemukan, ia juga tidak diapa-apakan. Tak masalah. Dari segi ukuran memang beda. Ukuran tikus yang kecil mungkin tidak terlalu bermasalah. Berbeda dengan ukuran tikus di sini yang besar-besar. Saya bisa menduga-duga mungkin kalau kucing di tempat kita dibawa ke sini, lantas melihat ukuran tikus yang besar-besar, apakah mereka juga sama: akan bersemangat mengejar tikus sebagaimana di tempat kita yang berukuran kecil-kecil? Untuk pertanyaan ini, mungkin saya tidak tidak yakin sepenuhnya.
Mungkin ada orang yang beralasan bahwa kucing peliharaan dengan kucing yang setengah liar, semangatnya sedikit berbeda. Lantas apakah alasan ini yang menyebabkan kucing-kucing peliharaan di sini sudah tidak mempermasalahkan tikus-tikus besar yang berkeliaran, terutama malam? Hal yang terakhir ini membutuhkan –katakanlah—survei atau bahkan pengamatan mendalam mengenai apa yang sesungguhnya terjadi.
Untuk hal ini, saya tidak boleh mengambil kesimpulan terlalu dini. Ada sesuatu yang beda di pandangan dan perasaan, belum tentu ada yang beda dari segi yang lain. Segi yang saya sebut terakhir itu, hanya mereka yang paham saja yang bisa menjawabnya.
Saya seringkali seperti penyalur hobi yang menonjolkan rasa. Demi memuaskan rasa itu, berbagai anggapan diungkapkan. Padahal belum tentu apa yang saya rasakan sama dengan apa yang mereka rasakan.
Hanya saja saya harus mengingatkan satu hal. Walau hal ini sering teledor saya gunakan. Tidak untuk semua hal akan selesai dengan menggunakan rasa. Untuk kepentingan tertentu, kita harus objektif.