Sejak saya berhenti merokok, ada ruang bagi untuk berefleksi apakah seseorang bisa menulis atau tidak karena pengaruh rokok? Hal ini penting karena Sebagian penulis merasa rokok sebagai kekuatan pentingnya dalam menulis. Dalam buku strategi menulis, saya tidak setuju dengan ketergantungan tersebut. Bisa menulis atau tidak, ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan diri dengan selalu belajar dan berproses.
Saya mengaitkan dengan konteks rekreatif dari menulis. Seseorang bisa menjadikan aktivitas ini sebagai hiburan –tentu selain berbagai konteks yang lain. Sebagai hiburan, maka orang akan merasakan suasana berbeda saat ia akan menulis. Ia mempersiapkan diri untuk menulis terkait dengan tujuan pencapaian titik rekreatif tadi. Dari segi tempat, titik ini tidak selalu harus didapat pada tempat khusus rekreasi. Titik bisa dipersiapkan di berbagai tempat dan keadaan. Kuncinya adalah bagaimana kita mempersiapkan tempat dan keadaan tertentu untuk mewujudkan titik rekreasi tadi.
Dalam kelas menulis, saya mencontohkan ruangan di rumah yang bisa dimodifikasi untuk saat-saat tertentu. Ruang depan bisa saja disolek agar memenuhi hasrat rekreasi. Dengan sejumlah pernak-pernik sederhana, akan memungkinkan kita merasakan sesuatu yang berbeda dan menyenangkan saat menulis. Atau dengan cara yang lain, mempersiapkan hal yang khusus, bisa saja makanan atau minuman yang akan menemani kita saat menulis. Segelas teh atau kopi, jika hal tersebut dibayangkan akan memicu dan memacu proses menulis kita, bisa dicoba.
Jika membayangkan dengan persiapan yang lain, masalahnya adalah kita tidak melakukan persiapan dengan baik. Hal yang kita lakukan, seolah bisa dengan usaha biasa-biasa saja. Bahkan untuk hal yang sangat penting pun, kadang-kadang kita tidak mempersiapkan diri dengan baik. Tidak semua orang yang beribadah, menyiapkan dirinya dengan baik. Padahal ibadah adalah sesuatu yang sangat penting bagi setiap orang. Apalagi untuk urusan menulis. Seharusnya kita menyiapkannya dengan baik.
Saya tidak menutup mata ada catatan lain juga. Sesungguhnya tidak bisa dihindari, yakni pada saat tertentu, menulis itu memang harus dipaksa. Seorang mahasiswa, saat mengerjakan tugas yang diberikan dosennya, tidak selalu bisa diselesaikan dengan baik dan santai. Bisa jadi ia harus berjibaku untuk mempersiapkan bahan yang sebagian bisa saja belum sepenuhnya dikuasai. Tugas yang diberikan, nyatanya juga bisa diselesaikan. Ada yang berusaha dengan baik, mengerjakan sendiri dan berjibaku. Tapi ada juga yang main comot-copot sana-sini.
Usaha ini akan membuat alasan rokok sebagai pembuai seorang penulis saat menulis, menjadi bisa ditolak. Rokok itu berdampak serius bagi Kesehatan yang bersangkutan dan orang-orang yang di sekitar kita. Berhenti merokok bukan saja akan membuat ia sehat. Melainkan juga Kesehatan orang-orang yang di sekelilingnya. Sama juga seperti menulis, berhenti merokok juga butuh tekad dan proses belajar.
Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.