Porno

Apa yang menggelisahkan selain menunggu suatu masa akan datang generasi yang tidak tahu apa-apa. Kita alpa mempersiapkan diri dengan rapi. Padahal kita sadar sepenuhnya bahwa dunia sedang menggerogoti mental dari berbagai lini. Kita harus bersiap-siap. …

Apa yang menggelisahkan selain menunggu suatu masa akan datang generasi yang tidak tahu apa-apa. Kita alpa mempersiapkan diri dengan rapi. Padahal kita sadar sepenuhnya bahwa dunia sedang menggerogoti mental dari berbagai lini. Kita harus bersiap-siap.

Ada perasaan pahit getir melihat perkembangan mengerikan akhir-akhir ini. Generasi muda yang dihantui dengan berbagai godaan menghanyutkan, sekaligus berpotensi menghancurkan masa depan mereka. Masa depan yang tidak hanya titik akhir dari dunia, melainkan juga pencapaian akhir yang baik dalam rangka menyiapkan diri menghadapi terminal kehidupan yang final.

Pengguna narkotika meningkat drastis, di mana pemakai dengan kategori anak-anak dan masih sekolah, hampir mencapai 30 persen. Pada saat yang sama, kementerian perlindungan anak dan perempuan, memaparkan pengakses bahan porno dilakukan oleh 25 ribu anak setiap tahun.

Saya tidak tahu seberapa gelisahnya kita dengan angka-angka ini. Apalagi ada segolongan orang yang berpendapat bahwa kehidupan anak tidak perlu dibatas-batasi. Dalam pikiran segolongan orang ini, kemampuan anak untuk menilai baik atau jahat, sama dengan daya nilai orang tua. makanya tidak perlu diatur-atur.

Pikiran semacam itu tidak pantas diikuti. Biasanya, yang berpikir semacam itu, orang yang tidak perlu tahu dengan kondisi anaknya. Anak yang sudah dilahirkan dengan kontribusi bersama ayah dan ibu, ketika sudah lahir dianggap sudah bisa memikirkan hidupnya sendiri. Makanya tidak mengherankan apabila di jalan-jalan, anak-anak dengan kekayaan mewah tetapi seperti tidak memiliki orang tua. Berperilaku seenaknya.

Tak aneh, seorang tokoh terkenal, yang kemarin itu mau dicalonkan sebagai bakal calonnya gubernur, dari partai terkenal juga, kira-kira mengungkapkan begini: nah, anak saya itu baru laki-laki karena sudah bisa (maaf) mencium pasangannya.

Anak-anak orang terkenal perilaku seperti ini, dan karena ia terkenal maka ia juga menyebar lewat banyak kabar. Lalu anak-anak lain yang entah berangin apa, juga ingin melakukan hal yang sama. Bisa jadi ada yang berpendapat tak ada pengaruhnya bagi orang lain. Sama seperti ada yang berpendapat bahwa narkotika dan porno tidak berimplikasi kepada hal yang lain. Sekali lagi, pendapat semacam ini, pendapat dari orang-orang yang menyedihkan. Mereka secara fisik seperti memiliki segalanya, namun di balik itu, jiwa mereka seperti orang yang terpengaruh candu.

Berbagai kajian memperlihatkan adanya pengaruh ini. Seorang anak yang mengonsumsi narkotika, sangat berpotensi untuk menyebarkan penyakit ini kepada teman-teman sekelilingnya, dengan sosialisasi gaya anak muda. Bisa dibayangkan ketika anak menggunakan narkotikan sebagai upaya untuk menampakkan cermin dari kelas pergaulan. Demikian juga dengan pengaruh porno baik dalam kehidupan individu maupun sosial. Dampak keduanya jelas, walau pada giliran semacam ini, pendapat-pendapat untuk menjaga anak dikalahkan oleh mereka yang meminta membebaskan kehidupan anak.

Orang tua harus ingat bahwa diri mereka akan diminta pertanggung jawab mengenai kondisi anaknya. Posisi anak akan menentukan akhir baik atau akhir buruk bagi kedua orang tuanya. Maka orang tua yang menjaga dan mengawal anaknya dengan baik, bukan saja mereka akan memperoleh sesuatu yang bermartabat di dunia, melainkan juga akhir baik ketika nanti mencapai titik akhir dari hidupnya. Nah, apabila orang tua ingin membebaskan kehidupan anak, maka orang tua sudah harus mempersiapkan diri untuk menghadapi titik akhir yang buruk, yang mungkin akan sangat menyedihkan. Naudzubillah, mudah-mudahan kita terlindungi dari kondisi itu.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment