Banyak anak muda merasa seolah-olah keberhasilan itu diperoleh dengan mudahnya. Indikator akan rasa ini, terlihat dari bagaimana generasi muda berperilaku. Waktu yang dihabiskan sering tidak pada tempatnya. Pada waktu seharusnya mereka berada di depan jam belajar, justru terlihat di tempat-tempat nongkrong hingga menjelang pagi. Jumlah yang demikian bukanlah sedikit. Dengan banyaknya tempat nongkrong, yang makin hari makin banyak, tergambar akan kenyataan ini.
Tempat nongkrong berkembang selaras dengan perkembangan dunia usaha sektor ini. Berbagai aktivitas pendukung yang mendampingi suasana ini juga dihidupkan. Akibatnya banyak orang terbawa suasana dan lupa berada dalam kondisi yang tidak seharusnya. Belum lagi yang ada di kota-kota besar, jumlah hiburan malam juga semakin meningkat. Hal ini tentu berpotensi untuk mengganggu persiapan generasi muda untuk merenung seksama terhadap perjalanan dan perkembangan hidupnya.
Jadinya semuanya tidak mudah. Sesuatu yang bersahaja, target semisal bagaimana cita-cita umur panjang didapatkan kualitas hidup yang juga bersahaja. Kualitas yang demikian harus dipersiapkan. Orang-orang yang akan mendapatkan kualitas tersebut, harus berkorban dan menyingsingkan lengan baju. Harus dimulai dari semangat masing-masing orang yang akan melakoninya.
Paling tidak ada tiga hal yang saling terkait. Tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Pertama, masalah bagaimana semangat itu dilahirkan. Semangat untuk mencapai hidup berkualitas, tidak muncul begitu saja. Ia juga harus dipersiapkan sedemikian rupa. Untuk melakukan sesuatu dengan harapan mendapat hasil yang berkualitas, harus dipersiapkan secara bersahaja pula. Orang-orang yang tidak mempersiapkan kondisi ini, barangkali untuk bangun pagi saja terasa berat.
Kedua, bagaimana semangat itu diarahkan. Setelah semangat tersedia, bagaimana kita akan mempergunakannya. Memperoleh sesuatu yang baik, haruslah dicapai dengan cara-cara yang baik pula. Tidak boleh sebaliknya. Mencapai sesuatu yang baik, namun dilakukan dengan cara buruk. Orang yang ingin memperoleh nilai rapor tinggi, namun dengan mencontek. Orang yang ingin lulus pegawai negeri, lalu menyogok. Melakukan pola demikian, sama saja dengan melakukan bunuh diri, karena mengorbankan sesuatu yang penting dijaga dalam kehidupan kita.
Ketiga, bagaimana semangat yang baik dan strategis dijaga tetap membara, dan siap selalu untuk digunakan kapan saja. Semangat yang sudah tersedia, dan digunakan dengan cara dan jalan yang baik, masih harus dijaga dengan bagaimana kita menjaga semangat tersebut. Tujuan menjaga adalah untuk keseimbangan. Jangan sampai pada waktu tertentu, semangat naik tinggi, namun pada waktu yang lain, turun drastis. Hal inilah yang harus dijaga agar ia tetap stabil. Menjaga ini dilakukan dengan merawat mentalitas. Semangat itu terkait dengan hal-hal yang di luar materi. Maka apabila target menyeluruh untuk mencapai hidup yang berkualitas, seseorang harus juga merawat mentalitasnya sendiri.
Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.