Pernahkah Anda mendengar suatu ketika ada orang tua yang lewat, lalu dikomentari dengan kata-kata seseorang yang sangat berjiwa muda. Ketika pada posisi demikian, orang yang mengomentari hal tersebut ada di samping Anda, kira-kira apa yang Anda pikirkan? Seterusnya, hal apa yang pertama akan Anda lihat dari orang yang disebut sebagai berjiwa muda tersebut? Apakah Anda akan mencari sesuatu yang berbeda, misalnya dengan kepingan emas yang tertempel di giginya? Atau melihat pakaian yang dipakai? Atau justru bagaimana orang itu mengatur penampilan tubuhnya?
Jawaban mungkin akan berbeda-beda. Ada orang yang langsung melihat ke arah fisik. Seseorang yang sudah tua, namun sangat rapi dalam menjaga tubuhnya. Rambut selalu tampil tertata dan selalu dirapikan dalam waktu tertentu. Selalu memakai minyak rambut dan menyisir –bahkan selalu memiliki sisir kecil dalam kantongnya. Pada saat yang sama, orang yang demikian tidak ingin ada sesuatu yang tercium tidak enak dari tubuhnya. Hal ini lalu ditutup dengan persediaan minyak wangi.
Orang yang lain, ketika melihat jiwa muda, yang dilihat adalah pakaiannya. Pakaian dengan jenis kain jeans, menurut sebagian orang misalnya hanya layak dipakai oleh anak muda. Nah, ketika ada orang tua yang memakai pakaian demikian, lantas dianggap sebagai cermin dari anak muda tersebut. Kesan umum yang muncul dari orang yang berpikiran semacam ini adalah pakaian orang tua selalu berbeda dengan pakaian anak muda. Ketika seseorang suka dengan pakaian anak muda, maka yang disukai tidak hanya sebatas fisiknya, melainkan juga jiwanya. Artinya orang berpakaian muda tak hanya dilihat bahwa hanya tampilannya saja, namun di balik itu, tercermin memunculkan jiwa mudanya kepada orang lain.
Begitulah ketika jiwa muda itu diukur. Padahal inti dari jiwa muda sebenarnya adalah kesiapan setiap pribadi kita dalam menjalani apapun tantangan yang akan kita dapat dalam perjalanan hidup. Semua orang tua yang berjiwa muda, seharusnya hanya pantas ditabal untuk orang-orang yang tidak pernah kehilangan semangat dalam hidupnya –apalagi kalau sampai harus mempersiapkan bunuh diri atau minta suntik mati. Orang tua yang diharapkan adalah mereka yang teguh dan kokoh dalam menghadapi kondisi hidup bagaimana pun.
Keteguhan semangat inilah yang harus diturunkan kepada orang yang lebih muda. Dengan demikian, ketika ada orang disebut sebagai berjiwa muda, berarti dengan sendirinya juga tersimpan potensi dalam menurunkan semangat dalam menjalani hidup kepada generasi yang di bawahnya. Makna inilah yang seyogianya kita tangkap dari keberadaan generasi tua untuk generasi muda. Transfer semacam ini bisa dilakukan dengan sederhana. Orang tua harus selalu memperlihatkan semangat yang membara untuk hidup berkualitas, bagi anak-anaknya, bagi generasi yang lahir kemudian.
Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.