Mewujudkan sikap santun itu sangat sederhana. Cukup dengan melakukan sesuatu yang tidak menyinggung orang lain. Bukan hanya menyinggung fisik, melainkan juga tidak menyinggung hati. Orang mungkin lebih mudah menjaga fisik, dibandingkan hati. Untuk menjaga sesuatu yang fisik, bisa dijaga lewat yang terlihat dan tampilan. Untuk urusan hati, berbicara tentang yang tak terlihat. Butuh penerawangan yang tajam untuk mengetahui soal hati.
Ada pepatah bijak yang menyebutkan, bahwa luka fisik mudah sembuh. Ketika kulit sudah lembut kembali, bekas sudah tiada, maka pada saat itu orang sudah lupa fisiknya pernah tersakiti. Namun untuk soal hati yang tersakiti, tidak mudah dilupakan.
Menjaga perasaan ini termasuk dalam menggunakan jalan. Kita harus selalu berusaha memahami bahwa kepentingan kita memakai jalan tidak boleh menghancurkan kepentingan orang lain yang juga memakai jalan. Alasan inilah pentingnya kesantunan ada dan kita ekspresikan ketika menggunakan jalan raya.
Secara sederhana, yang disebut santun itu adalah halus dan baik budi bahasa dan tingkah lakunya. Masuk dalam kategori santun juga orang-orang yang sabar, sopan, dan tenang. Termasuk orang-orang yang memiliki rasa belas kasihan dan suka saling tolong menolong.
Pribadi yang santun dapat ditemui di mana saja. Ia ada di jalan, di kantor, di sekolan, di pasar, di mana pun. Ia juga tidak terkait strata. Santun itu bukan milik orang kaya. Tidak pula punya orang miskin. Semua bisa memiliki santun.
Tidak ada jaminan bahwa di rumah mewah selalu terhidang kesantunan. Tidak ada jaminan pula di gubuk reot tidak ada sikap anti santun. Di jalan, kadang-kadang orang yang memiliki mobil mewah begitu arogan. Sering terlihat orang yang berjalan kaki, untuk menyeberang jalan saja sulitnya luar biasa. Minta ampun. Tidak jarang pula pengendara motor yang ugal-ugalan di tempat umum, yang bisa saja ditemui ada pengendara mobil mahal memiliki kesabaran yang tinggi.
Sekali lagi, santun ini bisa dimiliki siapa saja. Pejabat yang tinggi belum tentu semua memilikinya. Ada pejabat tinggi yang karena sudah terlalu banyak bawahan, main perintah suka-suka. Memarahi anak buah sesuka hati dengan kata-kata kasar dan menganggap mereka seperti bukan manusia. Sebaliknya ada pegawai kecil yang sudah diperlakukan sangat manusiawi, juga menusuk jiwa atasannya dari belakang. Sudah tidak punya apa-apa, angkuh dan sombong pula.
Seandainya ada orang yang mengatakan ini adalah watak, maka jawabannya bisa benar dan bisa salah. Watak adalah sikap batin yang mempengaruhi pikiran dan tingkah laku. Watak adalah sesuatu yang bisa dipengaruhi dan mempengaruhi. Jadi siapa pun yang masih sehat akal dan pikiran bisa memiliki watak yang baik.
Apa yang disebut dengan santun tersebut, tidak dibentuk oleh keadaan tertentu. Tidak benar bahwa ia lahir dari rumah mewah saja, pengendara kendaraan mahal, atau muncul dari orang yang berpangkat tinggi. Santun bisa saja lahir dari orang yang tinggal di emperan, dari orang yang tidak memiliki apa-apa, dari mereka yang berpangkat rendah.
Kata orang, bila santun lahir dari orang miskin, tidak perpangkat dan jawaban, itu sesuatu yang biasa. Luar biasa, katanya, bila ada orang-orang berharta, berpangkat, memiliki rasa santun. Kesan ini mungkin karena dilihat dari segi jumlah, orang dengan tipe pertama lebih lebih banyak dibanding yang kedua. Tentu, hitung model begini tidak berdasarkan pada angka sahih. Bisa saja karena merasa, saya rasa, orang rasa, kami rasa, kita rasa.
Untuk menghitung secara sahih, kita harus kalkulasi secara matang. Walau tidak harus memakai kalkulator untuk mendapatkan hasilnya. Yang jelas ada rumus analisisnya. Dan kita mohonlah pendapat dari para ahlinya.