Keinginan yang baik tidak selalu selaras dengan perbuatan yang baik. Orang-orang banyak mengalah ketika berhadapan dengan kenyataan yang tidak baik. Keinginan sudah baik, namun ketika berhadapan dengan kenyataan yang tidak baik, justru yang dipilih adalah jalan tidak baik itu. Bukan berjuang untuk mencapai keinginan yang baik tersebut.
Keinginan yang baik itu seyogianya mendapat posisi tertinggi dalam kehidupan kita. Ia tidak boleh kalah dengan sesuatu yang lain, apalagi sesuatu itu merupakan yang tidak baik. Keinginan yang baik bisa dijadikan kemudi agar apa yang ingin diwujudkan tetap berjalan di jalurnya. Ketika orang-orang sudah merasakan bergeser dari jalur, harus segera mengingat keinginan yang baik tadi.
Keinginan yang baik bisa mengontrol harapan perbuatan yang baik. Dalam kenyataan, bisa jadi berbeda. Termasuk perbuatan yang baik, yang belum tentu berhasil dengan baik pula. Ada perbuatan yang baik, justru tidak jarang menghasilkan sebaliknya. Sesuatu yang buruk. Corak dari sesuatu yang buruk itu juga berbagai wujud.
Ada seorang polisi berpakaian biasa yang tiba-tiba melihat seorang penjambret bersenjata tajam sedang menarik tas seorang perempuan tua, ia bergerak melakukan tugasnya. Polisi ini sebagai orang baru yang belum memahami persis bagaimana sesungguhnya kawasan tersebut. Maka memahami tugasnya sebagai seorang polisi, ia lalu mendekat dan ingin menangkap si penjahat. Akan tetapi kondisi kemudian berubah. Posisi polisi yang tidak berdinas itu, justru diteriaki penjambret oleh orang yang menjambret. Seketika orang-orang datang berkumpul dan memukuli si polisi.
Kejadian seperti ini pernah terjadi. Orang yang entah karena tugas atau karena terpanggil disebabkan mentalitas ingin hidup tenang, berhasrat ingin membantu orang yang pada waktu dan kondisi tertentu tidak berdaya, namun akhirnya menjadi korban dari orang sekeliling. Orang yang tidak berdaya itu ada berbagai wajah. Mereka yang dari jenis kelamin bisa laki-laki maupun perempuan. Berada dalam kondisi dan waktu yang tidak tepat. Lalu jambret di tengah masyarakat yang juga pada kondisi dan suasana tertentu seperti apatis.
Tidak semua orang akan berani bertarung melawan kejahatan, pada posisinya di tengah orang-orang yang didominasi komunitas pelaku jahat. Biasanya orang-orang akan memilih diam dan melihat saja, karena berpikir ketika melakukan sesuatu justru membuat masalah semakin panjang. Pada posisi demikian, maka korban akan meneriak sendiri seperti bersuara di tengah kebisingan. Tak ada yang bergerak.
Makanya ketika terjadi demikian, biasanya mereka yang akan menolong hanya benar-benar sudah memahami keadaan pada waktu itu. Apabila mereka melihat gelagat yang tidak enak, maka mereka akan membiarkan penjambret melakukan aksinya. Bisa dibayangkan ketika seorang perempuan tua dijambret dan orang-orang hanya diam menyaksikan, bagaimana trenyuh perasaan kita.
Seseorang yang memakai senjata tajam, dan orang-orang tahu di sekeliling pelaku, banyak pelaku yang bergelimpangan. Maka ketika polisi lalu membasmi lokasi-lokasi demikian, ada perasaan lega yang datang, bahwa negara tidak boleh kalah di tangan preman. Seharusnya juga termasuk preman-preman berdasi yang bercokol di tempat-tempat legal dan resmi.
Saya ingin sampaikan bahwa posisi polisi yang melakukan tugasnya dan menjadi korban adalah contoh bagaimana keinginan yang baik tidak selalu menghasilkan sesuatu yang baik. Polisi yang menjadi korban adalah cermin bahwa ia sedang memperoleh sesuatu yang tidak semestinya. Sederhananya, di dalam suatu kawasan yang didominasi dan dikuasai oleh para penjambret, maka datangnya orang yang ingin menolong, tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba. Ia harus tahu bahwa dalam komunitas penjambret.
Ada satu ruang yang memungkinkan dilakukan adalah memperbanyak komunitas-komunitas baik, karena dengan mentalitas yang baik akan menghasilkan kebaikan-kebaikan. Orang-orang yang baik, seyogianya menjadi penyebar virus yang baik, tidak hanya bagi sesamanya, melainkan juga bagi makhluk lainnya. Dengan perilaku demikian, akan membuat komunitas dan perilaku baik akan semakin mendominasi dunia yang sedang timpang dimana-mana.
Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.