Pada saatnya, semua yang kita punya harus kita atur kembali. Seseorang memiliki fisik dan mental yang naik turun. Sekali di atas, namun di saat yang lain turun ke bawah. Jarang orang yang selalu berada di atas. Akan tetapi yang sangat penting adalah adanya kesadaran, bahwu di waktu-waktu tertentu, seseorang bisa saja berada di bawah.
Apa yang akan dilakukan menjaga agar seseorang tidak terjun ke bawah. Tidak terjun bebas. Ingatlah bagaimana orang yang terjun payung. Mereka pasti turun ke bawah, namun dengan alat bantu, payung yang mereka gunakan, mereka mampu menjaga secara harmonis dan saat yang tepat mereka tiba di bawah dengan pendaratan yang normal.
Dalam kehidupan manusia, alat bantu semacam payung, dalam konteks menjaga agar fisik dan mental berjalan sebagaimana diinginkan dan bisa diatur, namanya daya. Dengan mengatur ini, orang mempersiapkan diri agar saat turun tetap memiliki kekuatan minimal yang mampu untuk melakukan sesuatu yang penting dalam hidupnya.
Daya tidak boleh dianggap sederhana. Dengan berbagai hal yang kita alami, daya menurun. Akibatnya bisa saja kreativitas yang berkurang. Kualitas lalu menjadi rendah. Daya atau energi yang diperbarui akan menambah semangat baru dalam kehidupan. Dalam berbagai hal, semangat ini sangat dibutuhkan. Stamina yang standar harus dijaga, agar apa yang disebut sebagai standar kualitas dan kreativitas, juga akan terjaga.
Saya memiliki pengalaman sederhana. Suatu kali, ketika pulang ke kampung halaman, saya transit di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Jakarta. Dari berbagai jalur penerbangan, ketika mau ke pulau kita, rasanya harus melewati bandar udara ini. Kondisi bandara sudah sangat padat. Sebenarnya sudah ada pembagian dengan Halim.
Dengan antre pesawat yang mau turun dan terbang, apalagi pada jam-jam sibuk, membutuhkan waktu lama. Untuk menunggu antre, ketika pada jam-jam sibuk, bisa hampir satu jam dalam pesawat. Apalagi kondisi penumpang kebanyakan di tempat kita yang sedikit susah diatur. Diminta naik lewat pintu belakang ia naik lewat pintu depan, dan sebaliknya. Akhirnya seperti papasan angkutan kota di jalan terminal yang sedang ramai, antrean terjebak dengan kondisi penumpang yang berjalan dua arah. Perilaku ini juga ditentukan karena kru maskapai tidak semua siap sedia. Kondisi terlambat pesawat juga menambah kondisi fisik berlipat-lipat.
Saya punya pengalaman menarik dari satu maskapai. Mereka mengatur penumpang yang naik sangat apik. Dengan hanya menyediakan satu pintu depan, kru mereka bisa mengarahkan agar nomor kursi paling jauh yang naik terlebih dahulu. Maka di tangga atau di jalur tengah kursi, tidak terjadi penumpukan orang. Semua berjalan tertib. Untuk maskapai semacam ini, tidak butuh waktu lama mengatur posisi penumpang. Tetapi sekali lagi, catatannya, penumpang juga harus mengikuti pengaturan ini. Jika saja ada satu atau beberapa orang yang tidak mau mengikuti apa yang diatur seperti ini, maka kondisi juga bisa kacau.
Kondisi ini menandakan bahwa perwujudan hidup tertib bisa dilakukan dalam berbagai ruang. Seharusnya, untuk hidup tertib tidak perlu ada intervensi pihak lain. Jika semua orang sadar akan kegunaan tertib, maka semua bisa berjalan sebagaimana garisnya. Tidak perlu sikat-sikut.
Dengan padatnya penerbangan, ada hal lain yang juga sudah tertata. Banyak kebutuhan penumpang yang sudah diperkirakan. Satu kebutuhan kecil, tetapi fatal, misalnya adalah daya baterai telepon genggam –atau semacamnya. Kondisi kekurangan atau kehabisan baterai bisa dialami oleh siapa saja dan dalam waktu kapan saja. Bisa dibayangkan ketika baterai habis dalam kebutuhan santing. Ingin mengirim satu email penting untuk memberi jawaban surat penting kepada orang penting, lalu tiba-tiba baterainya habis, apa yang terjadi? Orang yang ditunggu deadline, ketika berjam-jam dihabiskan untuk mengetik laporan, namun habis baterai ketika mau mengirim.
Jelas bahwa kebutuhan baterai tidak boleh dianggap sederhana. Makanya di berbagai tempat umum, sudah disediakan tempat menambah daya baterai. Tempat charge. Termasuk di ruang tunggu bandar udara, banyak lubang-lubang penyedia arus disediakan. Pengguna tinggal mengoneksi kabelnya ke alat komunikasi. Dalam kondisi sedang menunggu, bisa dimanfaatkan untuk menambah daya ini. Sebagaimana kebutuhan energi yang lain, daya untuk energi baterai alat komunikasi juga sangat penting. Ia seperti kehidupan kita yang juga perlu ditambah energi dari hari ke hari.
Kebutuhan energi manusia dalam menjalani kehidupannya tidak boleh dianggap sederhana. Sangat penting, terutama untuk mencapai kualitas kehidupan yang selalu lebih baik dari sebelumnya. Kehidupan yang berkualitas yang selalu meningkat dari masa ke masa, selalu didukung oleh seberapa besar kita melakukan penambahan daya energinya untuk ini. Menambah energi akan membuat tenaga semakin kuat, tekad semakin kokoh, dan semangat menjadi lebih segar. Jangan anggap remeh.
Dengan demikian, daya itu selalu dibutuhkan. Kekuatan itu butuh penyegaran. Stamina yang kita miliki harus mampu terjaga sedemikian rupa. Dengan cara apa semua itu dijaga? Salah satu melalui recharge. Usaha ini butuh manajemen. Masing-masing bisa melakukannya, dengan kemauan yang keras. Orang-orang yang akan surut saat mentok, terbentur hambatan dan tantangan lalu memilih jalan pulang kembali, tidak bisa menjadi kekuatan penyegar semacam ini.
Orang-orang tangguh tidak saja memiliki kekuatan besar, namun mampu menjaga kekuatan itu berlangsung dalam waktu yang lama. Saat ada kekuatan sering orang bergerak luar biasa, namun saat yang lain, lemah lunglai tak berdaya. Kondisi inilah yang seyogianya tidak terjadi dalam kehidupan kita.