Gundukan

Berbagai cara dilakukan orang untuk dihargai orang lain. Ada cara-cara yang positif, dan tidak jarang dilakukan dengan cara-cara yang negatif. Cara yang positif umumnya dilakukan dengan langkah yang santun. Sebaliknya yang negatif, dilakukan dengan pemaksaan …

Berbagai cara dilakukan orang untuk dihargai orang lain. Ada cara-cara yang positif, dan tidak jarang dilakukan dengan cara-cara yang negatif. Cara yang positif umumnya dilakukan dengan langkah yang santun. Sebaliknya yang negatif, dilakukan dengan pemaksaan kehendak.

Orang-orang yang gila pangkat dan jabatan, biasanya akan menggunakan cara-cara yang tidak baik agar selalu dihargai oleh orang lain. Harga dalam makna ini bisa disebut sebagai hormat. Kemana-mana harus dilakukan penyambutan secara khusus, yang mungkin harga kegiatan penyambutan lebih besar dari harga kegiatan utama.

Ada hal yang sering kita lupakan, bahwa korelasi antara menghargai dan dihargai nyata adanya. Orang-orang yang menghargai orang lain, pada akhirnya akan dihargai. Sebaliknya, mereka yang tidak menghargai, berkemungkinan ia tidak akan dihargai oleh orang lain.

Proses harga-menghargai ini, sekali lagi, bisa dilakukan dengan penuh kerelaan, namun tidak jarang, harus dengan ragam paksaan. Tujuan dihargai ini juga ragam coraknya. Hanya ingin menunjukkan kuasa, atau proses agar orang-orang berusaha menghargai orang-orang yang di sekelilingnya.

Begitulah jika ingin disederhanakan. Selama ini, di sepanjang kampung, tidak di kota, tidak di desa, semua memilih memasang gundukan. Ada yang sedikit saja. Ada yang sedang. Ada juga yang tingginya minta ampun. Untuk kendaraan yang dipasang rendah, ketika berhadapan dengan gundukan jalan ini, harus benar-benar melambatkan kendaraannya. Ada jalan yang memasang satu, dua, dan bahkan ada yang sampai tiga dan seterusnya –secara berdekatan. Untuk yang demikian, tidak mungkin sama sekali kendaraan bisa jalan dengan normal. Barangkali sekiranya dipaksakan, akan ada yang hancur dari kendaraan.

Banyak warga di berbagai daerah memilih jurus yang begini. Dulu ada yang menamakan dengan polisi tidur –namun belakangan, istilah ini mungkin tidak terlalu bagus, terutama terkait dengan tugas-tugas kepolisian. Pihak perhubungan, lantas, menyediakan gundukan ini yang lebih maju. Tidak lagi dicor dengan semen dengan ukuran yang beraneka. Produk perhubungan, gundukan terbuat dari plastik dan dengan ukuran yang sama di berbagai tempat yang dipasang.

Masalahnya adalah tidak semua daerah mendapatkan program instansi perhubungan tersebut. Otomatis, tidak semua daerah mendapatkan gundukan yang sama ukurannya tersebut. Lalu warga yang tidak mendapatkannya, membuat sendiri, dari semen yang mungkin anggarannya dikumpulkan secara swadaya.

Lupakan tentang bagaimana dan dari mana sumber pembiayaan. Sekarang mari kita mengkaji mengapa dan untuk apa warga membuat hal itu. Dari beberapa orang yang saya tanya, jawabannya sangat sederhana. Gundukan itu dibuat agar pengendara lebih memelankan sedikit kendaraannya di sekitar tempat itu. Mengingat tempat yang dipasang ada yang banyak anak-anak bermain di pinggir jalan. Ada juga tempat yang berdekatan dengan tempat ibadah. Tidak jarang pula, ada pusat keramaian yang sudah memasang –tidak mampan lagi dengan apa yang namanya zebra cross. Lalu kenyataan yang saya lihat, saya ungkapkan ke beberapa orang itu, yakni ada kawasan yang tidak ada semua yang disebutkan di atas, ternyata juga memasang gundukan. Tidak ada keramaian, tidak ada anak-anak, dan tidak ada tempat ibadah. Orang yang saya tanyakan mengatakan, bahwa sekali pun begitu, pengendara juga harus lebih diingatkan untuk menghormati kawasan yang dilewati.

Jawaban ini membuat saya menarik. Dalam bayangan saya, ternyata ada tempat yang warganya menginginkan dihormati oleh pengendara yang lewat –walau pada saat lalu lalang kendaraan sedang tidak ada orang di sekitar jalan.

Saya memahami ini secara sederhana dengan kuasa. Sebagian warga yang tidak ada alasan apapun yang bisa memberi alasan, ternyata bisa menggunakan kuasa dengan sekehendak mereka. Mungkin sama dengan penguasa yang kadang-kadang mengatasnamakan kekuasaan, digunakan untuk melakukan hal yang tidak terkait dengan kuasa yang sebenarnya.

Bagi sebagian orang, proses menghormati ternyata unik dan mungkin bagi yang lain agak rumit. Namun seunik dan serumit bagaimana pun, inilah yang namanya kuasa. Tidak berarti harus dimaklumi.

Leave a Comment