Kanker

Untuk apa Anda berbuat baik? Lantas saat Anda ingin melakukan sesuatu yang baik, haruskah menunggu nanti? Jawabannya tidak. Perbuatan baik harus segera direalisasikan. Sebaliknya, perbuatan yang buruk, harus ada semangat dan tenaga untuk meninggalkan. Perbuatan …

Untuk apa Anda berbuat baik? Lantas saat Anda ingin melakukan sesuatu yang baik, haruskah menunggu nanti? Jawabannya tidak. Perbuatan baik harus segera direalisasikan. Sebaliknya, perbuatan yang buruk, harus ada semangat dan tenaga untuk meninggalkan.

Perbuatan baik pasti akan bernilai baik. Tidak selamanya mereka yang berbuat baik akan mendapat sambutan yang baik. Mereka yang ikhlas, tidak merasa penting bagaimana manusia akan mengapresiasi hasil kerjanya. Baginya yang lebih penting adalah mencapai sesuatu yang hakiki di hadapan Pencipta.

Jadi jangan mengukur orang yang berbuat baik dengan sesuatu yang tidak baik. Perbuatan baik harus selalu dilihat dengan semangat dan perspektif yang baik. Dengan cara ini, akan menggerakkan kita mengapresiasi secara baik juga.

Melalu ruang ini, banyak kisah yang sangat memberi inspirasi bagi banyak orang. Salah satunya saya tertarik bagaimana orang-orang tertentu yang tidak menjawab tunggu ketika ada laporan yang bisa mereka lakukan. Ada orang yang aktif menerima laporan rumah kumuh lengkap dengan anggota di dalamnya yang berkekurangan. Ada usaha yang dilakukan, dengan luar biasa, yang barangkali dari segi jumlah, belum signifikan.

Saya tidak bisa membayangkan ketika ada semangat ini untuk turun langsung melihat bagaimana kondisi sebenarnya. Di sekitar kita banyak orang yang tidak seberuntung kita. Hidupnya hampir tidak punya apa-apa. Di tengah gegap-gempita modal yang hilir mudik, tidak lantas menghilangkan fenomena papa ini.

Ada gerakan lain yang dilakukan orang lain lagi. Setiap mengetahui ada orang yang menderita kanker, berkorban dengan mendampingi bahkan mencari sumber dana untuk mendampingi dalam pengobatannya. Kekuatan untuk melakukan ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang luar biasa. Tidak semua orang mampu (dan mau) melakukannya. Maka ada orang-orang tertentu, sekelompok orang, atau dalam jumlahnya yang masih sedikit, sungguh luar biasa. Mudah-mudahan akan menggerakkan banyak orang lain untuk terus melakukan hal demikian.

Di luar mereka yang beraktivitas mulia, ada berbagai macam wajah. Ada yang mau membantu materi seadanya, ada juga yang sekedar membantu lewat menyebarkan informasi semata. Jumlah terbanyak adalah mereka yang bahkan untuk memberi semangat saja berat melakukannya. Apapun kondisi, semoga mereka yang beraktivitas sosial demikian, tidak akan pernah kendur semangatnya. Ingatlah selalu ada balasan terbaik suatu waktu nanti. Apabila balasan itu tidak muncul di dunia, maka di akhirat, balasan itu pasti tersedia atas pengorbanan yang dilakukan.

Sekali lagi, butuh lebih banyak orang-orang yang melakukan pekerjaan mulia. Jangan menunggu nanti untuk melakukan berbagai pekerjaan mulia, dengan semampu dan seikhlas mungkin. Secara lebih luas, pekerjaan mulia ini juga termasuk melakukan sesuatu yang makruf, meninggalkan sesuatu yang mungkar. Dalam hal ini, tidak boleh menunggu nanti, sebentar lagi, atau kalimat yang sepadan dengannya.

Dengan asumsi bahwa semua perbuatan baik akan dicatat, maka semua hidup pada dasarnya terikat dengan umur dan waktu. Mengulur untuk tidak melakukan sesuatu perbuatan baik dengan segera, akan menyesal apabila finish umur kita sebagai manusia telah tiba. Kita tidak tahu persis kapan finish itu. Final hidup kita sudah tercatat di Lauh Mahfudz, namun kita tidak mengetahui kapan itu. Bisa saja beberapa detik lagi, satu menit kemudian, empat jam lagi, tiga hari mendatang, bisa tahun depan, atau bahkan 60 tahun lagi, ketika posisi kita sudah berubah menjadi anak-anak kembali. Kita tidak bisa menghindar dari yang namanya mati itu. Bahkan dalam tong besi sekali pun, ketika waktu tiba, maka semuanya selesai. Malaikat Izrail akan melaksanakan tugasnya, dan ia tidak akan bisa dinego barang sedetik.

Saya berharap mati dalam keadaan baik. Selamat menunaikan jumat.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment