Menangkap Kesan

Ketika masa Covid dulu, mendengar berita duka, langsung terbayang ke Covid. Padahal tidak semua orang yang meninggal waktu itu, disebabkan Covid. Ada yang meninggal di rumahnya. Tapi tetap ada larangan ramai-ramai, waktu itu. Proses fardhu …

Ketika masa Covid dulu, mendengar berita duka, langsung terbayang ke Covid. Padahal tidak semua orang yang meninggal waktu itu, disebabkan Covid. Ada yang meninggal di rumahnya. Tapi tetap ada larangan ramai-ramai, waktu itu. Proses fardhu kifayah dibatasi dari jumlah yang akan berhadir.

Untuk perlakuan orang yang meninggal karena Covid, perlakuannya berbeda. Jenazah sudah disiapkan sejak dari tempat dirawat, terutama mereka yang meninggal di tempat perawatan. Mereka yang meninggal di rumah, disesuaikan oleh keluarga sesuai dengan protokol Kesehatan.

Saya hanya ingin mengatakan, terdapat perbedaan terkait berita duka, dari suatu masa ke masa yang lainnya. Jika masa tertentu seperti Pandemi, bahkan berita duka tidak begitu merasuk ke dalam jiwa. Sepertinya juga masa konflik dulu, berita orang meninggal tetap menjadi suatu duka, walau tidak bisa diberikan jiwa sebagaimana era normal.

Mendengar berita duka, sekarang juga terdengar. Biasanya habis subuh, pengumuman tentang mereka yang pergi kembali disampaikan oleh petugas. Rasanya berita tentang orang yang dijemput kembali, dari sejumlah kampung sekitar sini, menjadi ingatan tersendiri. Dengan letak kampung yang berdekatan, suara pengumuman itu melalui mikrofonnya dengan mudah terdengar hingga ke rumah kami.

Orang-orang yang pergi tidak tentu usia. Ada yang sudah tua, namun tidak sedikit juga masih berusia muda. Tidak pasti umur seberapa orang akan menemukan masanya. Orang-orang di dunia, terutama yang mengenal orang-orang yang disebut namanya di pengumuman, mungkin tidak semua tersentak. Apalagi orang-orang yang memiliki kesan tertentu, yang baik, dan membahagiakan. Apatah lagi mereka yang memiliki banyak kesan buruk.

Saya percaya bahwa orang-orang yang pernah membahagiakan kita, dalam berbagai bentuknya, ketika kita dengar namanya disebut dalam pengumuman dari mikrofon masjid atau meunasah, berkemungkinan kita tersentak sebentar, walau komen bisa jadi, wah, beliau sudah pergi.

Betapa kita harus ingat kebaikan orang lain, dengan melupakan keburukannya. Dengan harapan kita juga akan ikut memberi kebaikan yang sama bagi orang yang lain lagi.

Ingatlah kesan yang membahagiakan itu, sesuatu yang baik, yang tinggal pada orang-orang yang pernah kita kenal. Mereka yang hidup di dunia mengenang apa yang pernah kita lakukan sebagai sesuatu yang baik itu. Sesuatu yang buruk, bagi yang mengingat, akan melupakan seseorang dari ingatan yang pernah kita rekam.

Perbuatan baik dari orang lain, jangan pernah hilang dari ingatan kita.

Leave a Comment