Daerah yang potensi sumberdaya alamnya terbatas, mau tidak mau mencari sumber lain yang bisa memberi pemasukan bagi daerah. Selama ini, mereka yang menjadi penguasa daerah harus berpikir kreatif untuk mendapatkan berbagai pemasukan yang diharapkan akan membantu perekonomian.
Pilihan mencari pemasukan di luar potensi sumberdaya alam, masing-masing penguasa daerah memiliki sejumlah alternatif tersendiri. Mereka yang memiliki alam yang indah, akan menggunakan potensi tersebut secara maksimal. Hal lain yang banyak orang menyadari adalah potensi kreatif masyarakat yang dimiliki, dengan menghasilkan berbagai produk.
Konteks keindahan alam ini, juga diposisikan secara berbeda oleh masing-masing. Potensi ini digunakan dengan dibantu berbagai kebijakan yang memungkinkan banyak wisatawan hadir ke daerah tersebut. Ada daerah yang melakukan apapun demi mendapatkan para pengunjung. Namun tidak sedikit daerah yang berpikir rasional, bahwa mengundang pengunjung dan wisatawan, juga harus diimbangi dengan penataan regulasi.
Ada satu catatan penting yang harus diberikan terkait dengan usaha mengundang wisatawan, yakni daerah harus mempersiapkan diri untuk memproteksi, termasuk bagaimana implikasi terhadap masyarakat. potensi apa yang dijual terhadap pengunjung, mereka akan fokus terhadap hal tersebut, namun bukan berarti mereka yang datang, bisa berperilaku bebas dan tidak mengindahkan keadaan masyarakat di daerah tersebut.
Hal yang selama ini diperdebatkan mengenai salah satu kebutuhan pengunjung misalnya minuman keras. Pertanyaan yang menggelitik, saya dengar dari salah seorang yang tidak setuju peraturan daerah tentang minuman keras dicabut. Ia, ketika diwawancarai satu televisi swasta menggunakan bahasa yang sederhana: apakah orang dari berbagai negara, datang dan mengunjungi negara kita, itu untuk mendapatkan minuman keraskah? Pertanyaan ini muncul karena sebagian orang, termasuk pejabat, menduga pengaturan minuman keras justru akan berimplikasi kepada wisatawan yang datang. Makanya, orang ini, kemudian menanyakan apakah yang datang ke negara kita itu atas alasan minuman keras.
Saya sendiri menyangsikan alasan ini. Minuman keras tidak ada pengaruh terhadap wisatawan, karena berdasarkan informasi dari mereka yang mengurus wisata, dan berdasarkan iklan di televisi-televisi, yang dijual itu bukan kebebasan minuman keras, melainkan keindahan dunia. Jika dalam iklan, yang mengeluarkan uang banyak sekali untuk membuat iklan-iklan tersebut, seluruhnya menjual keindahan alam, lantas mengapa harus takut dan menyangsikan minuman keras.
Menyangsikan ini tidak saja aneh. Dengan berbagai berita kekerasan yang muncul sebagai akibat dari minuman keras, seharusnya sudah membuat kita tidak lagi ragu untuk membatasi peredarannya. Sudah tahu betapa banyak kasus kekerasan bahkan pemerkosaan terjadi dan tidak lepas dari minuman keras, lantas masihkah kita memikirkan pembatasan minuman keras akan mengurangi jumlah wisatawan. Alasan klise yang selama ini digunakan sebagian orang, adalah peredaran ini dikhususkan untuk mereka, bukan untuk kita. Justru dengan pola ini, akan membuat peredaran tidak bisa dikendali. Mengapa kita tidak percaya diri untuk memberi tahu mereka yang datang tentang keadaan di tempat kita. Bukankah semua tamu yang datang, kita sambut dengan harapan, karena mereka menghormati tuan rumahnya. Lantas apakah penghormatan masih diberikan untuk tamu yang justru menghancurkan tuan rumahnya.
Pertanyaan terakhir ini harus direnungi. Jangan sampai semua hal diukur dengan jumlah pendapatan atau pemasukan. Berhentilah dengan menghitung bahwa uang yang masuk seolah jauh lebih besar. Kekerasan yang terjadi karena pengaruh minuman keras, itu harganya tidak ternilai. Kenyataan demikian tak bisa dikompensasi dengan jumlah pemasukan seberapa pun. Ironisnya, orang-orang yang mengecam kekerasan karena pengaruh minuman keras, justru kurang bersuara untuk pembatasan minuman keras ini. Seyogianya tidak demikian. Masalah tidak bisa dipetak-petak. Masalah yang satu selalu terkait dengan masalah yang lain. Makanya ketika merasa bahwa sesuatu menjadi penyebab yang lain, itu tidak saja dalam konteks tertentu saja. Bahkan hal senada bisa terjadi dalam konteks yang lain.
Uang memang seperti menjadi panglima. Banyak yang goyah ketika berhadapan dengan uang. Kita tidak tahu berapa besar pendapatan dari perizinan karena minuman keras. Mungkin saja ia telah menjadi salah satu sumber yang renyah dan favorit.
Minuman keras juga tersedia berbagai kelas. Saat ada sebagian anak-anak kampung yang tidak bis mengontrol diri, tidak memiliki pendapatan yang mapan, lalu ingin minum, diantisipasi dengan minuman keras oplosan.
Sejumlah kasus kematian terjadi akibat peredaran minuman keras oplosan. Tidak hanya daerah yang jauh dari pusat kota. Sejumlah titik peredaran justru terjadi di pinggiran kota. Peredaran ini menimbulkan kegelisahan tersendiri, karena jumlah yang ditimbulkan sudah lumayan banyak.
Orang tua harus berpikir mengenai perilaku anak. Pengambil kebijakan harus melihat dan menemukan jawaban mengapa di daerah tertentu ada peredaran minuman keras oplosan tertentu. Barangkali ada alasan tertentu yang tidak terbatas terkait pada cara hidup, melainkan lebih dalam dari itu. Bisa jadi anak-anak di kampung sudah berpikir bahwa dengan minum-minum, akan membuat posisinya dalam kalangan mereka menjadi terdongkrak.
Hal ini yang harus kita pikirkan. Jangan sampai justru karena potensi ekonomi, peluang untuk mendapatkan pendapatan lebih besar justru kita inginkan dari ruang ini. Ketika pada posisi ini, sulit untuk mengungkapkan alasan-alasan yang masuk akal. Ketika merasa bahwa hanya lewat itu yang bisa memberi banyak masukan dalam waktu yang seketika, maka mari kita gali kubur sendiri.