New Scientist Environmental mempublikasi satu judul “Our Changing Planet”, yang memperlihat betapa grafik peningkatan temperatur bumi begitu mengkhawatirkan. Hal ini saya dapat dalam buku Team Sos, Pemanasan Global (Gramedia, 2011). Dalam laporan tersebut disebutkan, selama seratus tahun sebelum tahun 1970, kenaikan temperatur bumi baru berkisar pada 1o C. Kenaikannya menjadi tajam sejak tahun 1970-an.
Apa implikasi mengerikan dari kenaikan temperatur tersebut? Dalam buku yang sama, World Meteorological Organization (WMO), memprediksi permukaan air laut akan mencapai 50 cm sebelum tahun 2100. Sekitar 46 juta orang pertahun akan mengalami risiko banjir akibat gelombang badai. Perubahan iklim sebagai akibat dari proses alam tersebut, memperparah hal yang lain, yakni rusaknya ekosistem dan infrastruktur di sekitar pantai.
Laporan Panel Perubahan Iklim PBB Tahun 2007, menyebutkan bahwa 20-30 persen dari species tanaman dan hewan akan berada dalam ancaman kepunahan jika peningkatan temperatur 1,5o -2,5o C. Kenaikan pada angka 3o C, akan memusnahkan 40-70 persen. Tahukan apa yang terjadi pada kenaikan 6o C? Para ilmuwan memperkirakan banyak makhluk akan punah, termasuk sebagian besar manusia.
Semua sisi saling terkait. Kondisi meningkatnya temperatur, tidak secara langsung membunuh manusia. Seperti sebuah proses yang berjalan dari tahap ke tahap. Ketika pada tingat tertentu, ketika es kutub meleleh, maka fenomena lain akan menimpa bumi di sebelah non kutub. Banjir dan tidak hanya sebatas itu. Fenomena perubahan iklim akan mengguncang berbagai faktor pendukung kehidupan manusia. Implikasi paling serius adalah kekurangan air tawar, yang akan menyebabkan kelaparan bagi makhluk bumi.
Proses ini tidak terjadi dengan sendirinya. Apa yang dikonsumsi oleh manusia akan berpengaruh terhadap kehidupan manusia itu sendiri. Kebutuhan berbagai bahan yang bersumber dari kayu, baik untuk kebutuhan penting maupun kebutuhan suka-suka, telah memberi andil dalam memperkecil keberadaan hutan di seluruh dunia. Padahal hutan sebagai pemayung sekaligus penyerap karbon yang lahir juga dari aktivitas manusia. Karbon yang menyebabkan peningkatan temperatur bumi yang luar biasa itu. Aktivitas manusia yang menyebabkan karbon, seperti industrialisasi dan pemakaian bahan bakar.
Apa yang terjadi ketika dalam satu daerah saja listrik akan mati dalam beberapa waktu? Suasana sangat serius karena sebagian besar kebutuhan manusia dipenuhi dengan memakai listrik. Dari mandi hingga membersihkan rumah, dari makan minum hingga menyejukkan rumah. Semua memakai listrik. Maka ketika listrik padam, manusia akan berontak. Padahal listrik juga salah satu yang memberi andil bagi peningkatan suhu bumi.
Sesekali ketika aktivis lingkungan mengkampanyekan untuk pengurangan penggunaan listrik beberapa saat, dampaknya luar biasa. Mereka tidak meminta mesin listrik yang dipadamkan, karena disadari betapa ketergantungan terhadap listrik telah membuat manusia tidak bisa berbuat apa-apa jika ia tidak ada. Soal lain, adalah mentalitas bagaimana kemauan orang mengikuti ajakan untuk menahan diri dari pemakaian alat yang menggunakan listrik walau untuk beberapa saat saja.
Semua itu, seolah memperlihat bahwa semua saling berkorelasi. Manusia menjadi pelaku yang merusak kepentingan korelasi dan keseimbangan itu. Manusia hidup dan menggunakan segala alat yang dianggap mempermudah hidupnya secara suka-suka, walau ia tahu implikasi dari hal tersebut tidak sederhana.
Dengan ancaman yang menimpa puluhan juta orang setiap tahun, perubahan iklim dan peningkatan suhu bumi merupakan salah satu ancaman bagi manusia masa depan. Ia berkait dengan kelaparan yang disebabkan oleh ketersediaan air tawar dan ketersediaan pangan. Namun melalui tangan-tangan manusia, sebagaimana digambarkan dalam al-Quran, melakukan pengrusakan dalam berbagai bentuknya.