Kapan orang bisa naik kelas? Pertanyaan ini selalu menyisakan jalan pintas bagi yang memilihnya. Sebagian orang yang menjalani ujian, memilih tidak mengikuti proses, melainkan secara manipulatif ingin segera menikmati hasil. Saat ujian, berbagai contekan dipersiapkan, karena yang diinginkan adalah hanya hasil, dan tidak mau ambil pusing dengan proses. Orang yang tipe semacam ini, tidak tahu bagaimana logika naik kelas yang ideal.
Mereka yang menyadari proses sangat penting, maka saat menghadapi ujian, ada persiapan yang dilakukan. Semakin tinggi ujian, justru semakin membuat orang seperti ini terus teruji. Dalam berbagai keadaan, tidak ada lagi gagap saat menghadapi ujian apapun. Kesabaran merupakan buah dari keinginan berproses untuk mencapai hasil.
Saya teringat seorang teman, suatu subuh sudah mengirim pesan berisi keluhan. Katanya, dia dapat tantangan lagi. Sepertinya, menurut yang ia rasakan, hidupnya tidak sepi dari berbagai tantangan yang datang silih berganti. Mungkin kata yang tepat adalah cobaan. Akan tetapi dalam bahasa yang lebih religius, boleh dikatakan sebagai ujian. Cobaan bermakna seseorang itu dicoba untuk dilihat sejauhmana ia siap menghadapi hidupnya. Orang biasanya akan mudah menjalani hidup yang biasa-biasa saja, namun sedikit ada cobaan, hidupnya langsung seperti pincang. Sedangkan banyak orang di luar sana, mendapatkan jauh lebih besar dari yang kita dapat, sementara mereka masih terus bisa hidup dan tersenyum.
Istilah ujian sendiri dapat berupa pemantapan kenaikan kelas. Level seseorang yang rendah, dengan ujian, akan menempanya menempati level yang di atasnya. Tentu tidak semua orang mampu menempuh ujian demikian dengan sukses. Justru banyak orang gugur bahkan sebelum ujian dimulai. Saya teringat bagaimana orang-orang yang mau diadakan ujian kenaikan kelas, justru lebih cepat merasakan gelombang asam lambung, bahkan sebelum yang bersangkutan masuk ke dalam ruang ujian. Hal demikian sering terjadi, karena orang pada dasarnya mau menaiki level yang di atasnya, sementara untuk menghadapi ujian, mereka mengharapkan yang biasa-biasa saja. Tentu hal demikian tidak baik. Orang yang mau naik kelas, sudah seharusnya juga dapat menghadapi ujian yang selevel dengan kelasnya. Ingatlah bahwa cobaan yang diberikan Allah itu selalu pada tataran yang bersangkutan mampu menerimanya. Tidak diuji yang di luar kemampuan manusia menerimanya.
Dengan demikian, berarti ada orang yang ingin naik kelas lebih cepat, dengan tanpa proses yang semestinya. Hal ini akan berimplikasi kepada ketidaksiapan ketika mendapatkan suatu cobaan tertentu. Bahayanya adalah justru ketika mendapatkan sesuatu cobaan, orang yang demikian tidak menghadapi sesuai dengan kelas dan levelnya, melainkan dari dari masalah tersebut. Hal ini menjadi contoh yang tidak baik bagi orang-orang yang dari segi level sudah tinggi.
Olah karenanya, orang harus selalu merasa ada proses belajar dalam hidupnya. Tidak ada orang yang tidak mendapat tantangan dalam perjalanan hidupnya. Semuanya mendapatkan sesuai dengan level masing-masing. Untuk menjalani tersebut, kita butuh belajar. Semua yang kita lalui pada dasarnya adalah ruang untuk belajar. Setidaknya mendapat pengetahuan bagaimana setiap ujian itu dihadapi dengan lapang dada dan persiapan yang matang secara mental. Apapun yang akan dihadapi, sudah selalu kita persiapkan untuk menghadapinya. Seperti orang yang mau ikut ujian penting, ia sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari sebelum hari pelaksanaan ujian tersebut. Begitulah seharusnya orang yang akan mendapatkan ujian. Sepanjang hidup orang yang demikian akan mempersiapkan segalanya. Ia sadar betul bahwa hidup adalah proses belajar. Semua kira masuk dalam ruang belajar hidup.
Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.