Orang yang berusaha sungguh-sungguh, potensi keberhasilan lebih besar. Sesuatu yang ingin dicapai, dengan berusaha, memungkinkan dicapai seberapa pun sulitnya. Orang-orang yang berusaha melewati dua hal sekaligus: berproses serta hasil yang biasanya baik.
Orang yang sedang belajar dapat merasakan bahwa proses sangat penting untuk dilalui. Hasil biasanya akan ikut dari proses yang dilakukan. Orang yang berusaha keras, biasanya akan mendapatkan hasil yang luar biasa, selaras dengan usaha yang dilakukan.
Begitulah potensi hasil yang akan didapat. Seorang yang terus-menerus belajar, dengan kerja keras, berpeluang untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Sekali lagi, sesulit apapun hal yang ingin dicapai itu.
Setidaknya begitu yang saya dengar sebuah perjuangan seseorang. Dalam satu ceramah, saya mendengar cerita ini berulang kali. Seorang penceramah yang masih muda, bercerita di mimbar tentang seorang temannya dari Pulau Karibia, bernama Muslim Abu Talha. Cerita yang ia ulang-ulang, juga disampaikan ke jamaah, bahwa apa yang ia ceritakan sudah ia sampaikan beberapa kali karena ia anggap penting. Bagi saya, cerita ini juga luar biasa. Tiga kali saya dengar, pertama saya dalam khutbah Jumat di Masjid polisi. Kedua, dalam khutbah di Masjid Kampus. Ketiga, ceramah singkat habis dhuhur di masjid kampus.
Saya ingin melihat dari sisi tekad dan ketekunan. Penceramah bercerita mungkin tidak sepenuhnya dalam konteks ini. Ceramah kemarin, isinya tentang iman kepada al-Quran. Maka seseorang yang beriman, tidak saja harus memahami cara membaca, namun juga harus memahami pula apa yang dikandung di dalamnya. Membaca al-Quran dengan tanpa memahami maknanya saja sudah dapat pahala, namun tetap harus berusaha memahami makna.
Kira-kira, konteks ceramah kemarin, demikian. Terkait temannya di Pulau Karibia, saya melihat sisi ketekunan. Pasalnya, banyak orang kita sering mengalah sebelum melakukan sesuatu. Dalam hal memahami kandungan al-Quran, seseorang sering menyebut sudah tidak mampu. Padahal dengan ketekunan, peluang akan terbuka.
Teman sang Penceramah itu, adalah seorang non Muslim yang benci terhadap agama ayahnya yang juga non Muslim. Pasalnya ayahnya memiliki tabiat keras. Lalu ia memperlajari semua kitab agama, kecuali Islam. Ia tidak mempelajari Islam, karena beberapa teman yang ia kenal, juga mirip perilaku ayahnya. Dengan profesinya sebagai bodyguard, ia mungkin kenal dengan berbagai tipe kekerasan. Dalam satu kesempatan, ia mendapatkan satu terjemahan al-Quran edisi bahasa Inggris. Setelah fatihah, ia mulai membaca ayat pertama dan kedua Surat al-Baqarah, yang menegaskan tidak ada keraguan di dalam al-Quran.
Dengan kalimat tersebut, rasa ingin tahunya lebih besar. Rasa ingin tahu itu, kemudian diimbangi dengan ketekunan dalam mencari berbagai hal terkait. Ia menghabiskan dua juz per hari untuk membaca terjemahan tersebut. Ia menemui pula beberapa orang yang ia anggap bisa menjelaskan mengenai bacaan. Ia mengikuti pula saran beberapa orang untuk belajar bahasa Arab di Timur Tengah. Hingga sampai menjadi Muslim yang taat, ia kini seorang yang sudah menghafal 30 juz al-Quran.
Seseorang seperti Abu Talha, ditopang oleh semangat yang besar untuk mendapatkan sesuatu yang besar pula. Untuk menggapai keberhasilan yang besar, tidak mungkin dengan bermalas-malasan. Perjuangan untuk memahami sesuatu harus dilakukan dengan ketekunan yang tiada henti. Dalam sisi ini, banyak pengalaman kita seperti “jalan mundur”. Banyak orang ingin memahami banyak hal, namun tanpa berkorban untuk mendapatkannya. Kita sudah mundur ketika ada sedikit saja tantangan yang menghadang.
Untuk hal ini, saya kagum pada pencarian Abu Talha. Mudah-mudahan saya tidak keliru menyampaikan isi Penceramah.