Ujung Waktu

Banyak orang meyakini kita sudah hampir sampai di ujung dunia. Ujung waktu. Berbagai tanda, sudah tampak bersahut-sahutan. Ada yang bisa ditangkap dengan jelas, namun tidak sedikit harus ditafsir. Untuk tanda yang bisa tangkap indra juga …

Banyak orang meyakini kita sudah hampir sampai di ujung dunia. Ujung waktu. Berbagai tanda, sudah tampak bersahut-sahutan. Ada yang bisa ditangkap dengan jelas, namun tidak sedikit harus ditafsir. Untuk tanda yang bisa tangkap indra juga tidak sedikit.

Pembunuhan berlangsung dimana-mana, ketika nyawa manusia semakin tidak berharga. Itu menjadi salah satu tanda yang diyakini, ujung waktu dunia sudah semakin dekat. Bencana juga berantai, yang umumnya hadir dari perilaku dan kezaliman manusia.

Bau anyir darah tiada henti. Zaman semakin memperlihat kegarangan, bagaimana manusia habis dimana-mana. Dengan berbagai alasan, kematian menjadi sesuatu yang kesannya biasa saja. Tidak banyak yang menggugat. Bahkan kematian yang ditimbulkan oleh kezaliman manusia itu sendiri.

Mengulang beberapa waktu ke belakang, mengenang dalam waktu satu dasawarsa terakhir, tampak banyak sekali kenyataan yang melompat-lompat. Dimulai dari tragedi kelam, 16 tahun lalu. Ada sejumlah pesawat yang ditabrakkan secara sengaja pada beberapa objek vital di negeri adikuasa. Ada ribuan korban. Tidak berapa lama, identitas dan wajah pelaku segera disebarkan ke seluruh dunia.

Berbagai gerakan lalu dilakukan. Ada rasa berduka mendalam yang harus disampaikan kepada mereka yang menjadi korban dan keluarganya. Tidak sepatutnya orang-orang mendapat perlakuan yang demikian rupa. Baik untuk mereka yang ada di negara maju maupun orang yang bertebar di negara-negara yang kelas dua dan kelas tiga. Tidak boleh. Namun perilaku yang mengejar juga harus terukur. Tidak boleh menggunakan jurus mabuk. Jangan sampai terlihat, setelah menggunakan juru mabuk di beberapa negara, ternyata yang disasar tidak seutuhnya terbukti. Ini pertanda apa?

Lalu mereka meninggalkan begitu saja hasil karya, dengan kondisi kacau negara yang dianeksasi begitu rupa. Hingga sekarang, peradaban sudah seperti pergi. Lalu muncul orang pandai, yang mengklaim dan meminta orang lain menolehkan mata ke sana, untuk membuktikan bahwa negara-negara di mana agama bermuasal, semakin tidak pada tempatnya. Orang-orang pandai pura-pura menutup mata tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Lalu, masing-masing negara juga menidaklanjuti dengan berbagai legislasi berbagai rupa. Ternyata itu juga tidak sepenuhnya didasari oleh ketulusan hati. Ada udang di balik batu. Banyak negara yang mempersiapkan hukum semata-mata untuk memudahkan ada negara kaya yang berkenan membagi-bagi bantuan untuk negaranya.

Dengan mengambil pilihan, ada kompensasi dalam berbagai bentuk program yang tidak perlu menghabiskan anggaran. Nah, sebagian ada proses tawar-menawar. Lalu dengan kesadaran, mensasar orang-orang yang tidak perlu peradilan sesungguhnya untuk mendudukkan kesalahan mereka.

Betapa banyak orang di dunia, yang dengan stempel dan stigma tertentu, penguasanya seperti tidak perlu membuktikan lahir dan batin. Lantas pertanggungjawaban apa yang seharusnya diberikan oleh orang-orang pandai di belakang kekuasaan demikian, untuk mereka yang merasakan luka tidak seharusnya di penjara yang diklaim beradab. Proyek baru dan masa depan baru dengan tatanan dunia baru yang mengibliskan begitu banyak tetangganya.

Ketika melewati bulan ini, teringat lagi akan banyaknya korban yang seharusnya tidak merasakan hal-hal yang demikian. Teringat juga penanganan, ketika negara yang disasar, juga menghabiskan nyawa-nyawa orang-orang yang tidak kalah makin membuat geram. Tank tempur dan pesawat perang diturunkan yang menyerang dan menimbulkan korban di pihak yang sebagiannya adalah mereka yang tidak memiliki hubungan apapun.

Sudah begini sudut dunia ini berjalan, dengan perilaku-perilaku negara yang kadang tidak bisa dibedakan lagi antara beradab dan biadab. Kita melihat berbagai hal yang entah apa terjadi pada masa depan, yang barangkali tanpa bisa kita duga.

Tidak boleh berhenti untuk melahirkan generasi yang mengkampanyekan kebahagiaan. Generasi yang berpikir betapa banyak orang-orang menjadi korban, yang dikurbankan demi keserakahan manusia. Generasi yang setiap saat harus melahirkan aksi nyata untuk tidak semakin menyulitkan kehidupan manusia. Bukan justru generasi yang membuat semakin banyak korban jiwa yang sia-sia.

Al fatihah.

Leave a Comment