Bersih

Hidup bersih itu bisa tercermin dari bagaimana mentalitas seseorang. Tidak sulit untuk memahami bagaimana kondisi orang-orang ketika berhadapan dengan sesuatu. Bagaimana mereka melakukan sesuatu dapat menjadi cermin dari proses ini. Saat melakukan sesuatu yang penting, …

Hidup bersih itu bisa tercermin dari bagaimana mentalitas seseorang. Tidak sulit untuk memahami bagaimana kondisi orang-orang ketika berhadapan dengan sesuatu. Bagaimana mereka melakukan sesuatu dapat menjadi cermin dari proses ini.

Saat melakukan sesuatu yang penting, harus turut didukung oleh persiapan dan penguatan perilaku, dengan posisi penting pula. Sesuatu yang penting harus disiapkan bersahaya, sehingga semuanya tercermin dari apa yang dicapai dari perilakunya.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, harus dimulai dengan tekad yang maksimal. Tidak setengah-tengah atau sambil lalu. Harus dipersiapkan, termasuk bagaimana orang harus hidup bersih.

Jalan menuju kampus, melewati dua kontainer sampah di pinggir jalan. Kontainer itu dijaga oleh dua orang yang bekerja –mungkin staf dinas kebersihan. Ketika suatu hari saya membawa satu bungkusan plastik sampah untuk buang ke kontainer sampah tersebut, tampak bahwa yang membuang sampah ke dalamnya itu bukan hanya saya. Banyak orang lain, yang pagi itu, juga membuang sampah ke sana.

Di luar kontainer sampah, banyak tumpukan sampah yang sepertinya pembuangnya ada yang meletakkan begitu saja, terutama sampah bekas berjualan. Sisa-sisa sampah kelapa dan tebu diletakkan begitu saja, berserakan.

Hal lain yang saya saksikan waktu itu, sangat beragam orang cara membuang sampah. Ada yang naik kendaraan roda dua, roda tiga, atau roda empat. Ada orang yang dari atas kendaraan lalu melempar bungkusan sampah begitu saja. Dipegang di ujung bungkusan, lalu dilempar ke dalam kontainer. Ada yang jatuh persis ke dalam bak, namun tidak jarang, justru terlempar ke luar dan bungkusannya terpecah dan berserakan. Ada juga orang yang memanggil pekerja di situ dengan seenaknya, bahkan dengan tangan kiri. Dikasihnya sampah untuk dibuang ke sana. Persis, seolah-olah orang yang berdiri di tempat itu, sedang menunggu mereka menyerahkan sampah, untuk kemudian diletakkan ke dalam kontainer. Menyedihkan sekali.

Bak ini dipakai oleh banyak pihak. Orang perorangan, keluarga, dan mereka yang berjualan di sekitar jalan ini, baik pedagang dadakan maupun pedagang biasa. Pedagang dadakan ada ketika momentum tertentu, juga meletakkan begitu saja di tempat itu.

Masalah tidak muncul dari ketersediaan bak sampah. Sering bak sampah tidak diperlakukan secara sempurna. Sampah diletakkan atau malah dilempar seenaknya. Perilaku orang yang membuang sampah, kadangkala tidak sebanding dengan kendaraan apa ia membuang sampah itu. Orang-orang yang berstrata ekonomi tinggi, ternyata perilaku dalam membuang sampah sesuka-suka. Sebaliknya, orang yang strata ekonomi rendah, ternyata ada yang bisa membuang sampah secara bersahaja. Intinya bukan pada strata. Perilaku baik lahir tidak saja dari strata tinggi, tetapi juga strata rendah. Lebih jauh, sebenarnya tak juga terbatas pada strata ekonomi, strata sosial yang tinggi juga tidak menjamin seseorang bisa membuang sampah dengan baik. Orang-orang yang tidak terduga, kadang-kadang membuang sampah dengan melempar begitu saja. Padahal, di sampingnya ada orang yang menunggu dan sedang menata sampah agar bertumpuk rapi.

Selama ini, ketika sedang lewat menuju ke kampus, saya sering melihat bagaimana dua orang yang sedang berdiri di samping kontainer, yang kadangkala diperlakukan tidak pada tempatnya. Dua orang itu pun seperti dengan senang hati membantu mereka yang membuang sampah, walau dengan sikap dan perilaku yang tidak nyaman dilihat. Sampai hari ini, saya belum tahu posisi dua orang itu, walau saya ingin sekali mengetahuinya. Barangkali suatu pagi, ingin mengajaknya minum kopi bersama.

Leave a Comment