Fisik

Saat berbicara tentang manusia, harus dipahami bahwa ia tidak hanya berbicara fisik. Konteks manusia termasuk pula nonfisik. Bahkan kesempurnaan nonfisik yang menyebabkan seseorang memesona. Tidak semata fisik. Orang-orang yang cantik fisik, sepertinya hanya untuk kebutuhan …

Saat berbicara tentang manusia, harus dipahami bahwa ia tidak hanya berbicara fisik. Konteks manusia termasuk pula nonfisik. Bahkan kesempurnaan nonfisik yang menyebabkan seseorang memesona. Tidak semata fisik. Orang-orang yang cantik fisik, sepertinya hanya untuk kebutuhan fisik saja. Sedangkan apa yang disebut dengan cantik jiwa, yang membawa perubahan pada dunia.

Orang yang hanya pandai mengejar fisik manusia, dengan melupakan yang nonfisik, sadarlah selalu ada batasnya. Dalam pergaulan manusia, hidup dan kehidupan, berarti tidaknya seseorang sangat tergantung bagaimana jiwanya dipakai. Sekali lagi, tidak semata ditentukan fisik.

Secara raga, manusia hampir tiada berbeda. Kecuali, mohon maaf, mereka yang dicoba memiliki keterbatasan fisik. Lalu apa yang membedakan manusia dalam kehidupannya? Menurut saya ada harta lain yang tiada bernilai. Jiwa. Menentukan bagaimana nilai dan harga dari seorang manusia.

Saya hanya ingin mengingatkan bahwa ketika berbicara tentang manusia, janganlah berbicara fisik saja. Berbicaralah ke dalam relung batinnya. Berbicaralah seputar bagaimana jiwa yang akan dipupuk.

Makanya ketika temuan kloning disambut gegap-gempita oleh sebagian manusia, ternyata ada sebagian yang gelisah. Mereka yang gembira, menyebut ini sebagai revolusi, sekaligus keberhasilan merancang masa depan duplikasi. Sedangkan yang gelisah, memandang kondisi tersebut berpotensi untuk mendangkalkan potensi moral dalam kehidupan manusia. Ada yang ingin menyandingkan antara apa yang menjadi miliknya Pencipta dengan apa yang dilakukan oleh manusia.

Titik temu akhirnya dengan kesepahaman untuk tidak menjadikan manusia sebagai pilihan kloning. Para ilmuwan memilih menjadikan hewan sebagai pusat percobaan. Hingga sekarang, pada tahap itu memang berhasil. Hewan yang sudah berhasil dilakukan kloning, sudah melewati beberapa fase penting dalam proses tersebut.

Ada titik kronis kesepahaman dari para ilmuwan, ketika moral dijadikan tempat bergantung. Padahal dalam ilmu tertentu, ketika Descartes –seorang filsuf—berhasil meyakinkan dunia ilmu pengetahuan bahwa cogito ergo sum, secara teks ingin menunjukkan bahwa keberadaan ditentukan oleh berpikir. Namun dalam aras yang lebih jauh, justru dalil itu menjadi pegangan untuk menegaskan bahwa kebenaran itu adalah sesuatu yang jelas. Maka sepeninggalnya dunia berhasil diubah dengan cara pandang dunia modern yang berinti pada kepastian pengetahuan ilmiah.

Mereka yang berpikir bahwa kloning semata berjalan dengan rumus kepastian pengetahuan ilmiah ini, menganggap bahwa duplikasi manusia, dalam dunia demikian adalah gambaran kepastian itu. Sebaliknya, mereka yang merasa resah dan gelisah dengan fenomena ini, memulai dengan cara berpikir lain. Terutama makhluk itu tidak sebatas pada fisik, melainkan juga pada nyawa dan nonfisik. Untuk hal yang disebutkan terakhir, tidak berada pada tangan manusia, melainkan pada Allah selaku Pencipta manusia.

Debat ini tidak akan selesai karena sebagian ada yang tidak percaya dengan keberadaan Pencipta. Sebagian manusia merasa bahwa kelahiran ke dunia adalah sesuatu yang terjadi begitu saja dengan proses yang alami dan manusiawi. Tidak ada campur tangan yang selain yang alami dan manusiawi itu. Sederhanya ketidakpercayaan ini juga berpengaruh kepada bagaimana cara pandang mereka terhadap temuan mutakhir tersebut.

Sebaliknya, mereka yang percaya bahwa dalam hal apapun, manusia pada akhirnya memiliki keterbatasan, menyebabkan sebagian ini bersikap bahwa kemajuan apapun yang terjadi dalam dunia ilmu pengetahuan, tetap tidak boleh meninggalkan kepercayaan dan keimanan. Walau dalam golongan yang disebut terakhir ini, sebenarnya juga terbelah. Ada yang percaya bahwa semua proses akan ada pertanggungjawaban. Sebagian lagi beranggapan kehidupan di dunia akan berhenti selesai seseorang mencapai finis hidupnya.

Ada sebagian yang tidak percaya pada suatu hari ketika seorang manusia dihadapkan pada keharusan pertanggungjawaban. Apa yang dilakukan manusia, pada akhirnya setiap bagian tubuh akan bersaksi. Makanya jangan sampai lupa, ketika akhirnya Allah menanyakan hambanya apakah ada tuhan lain yang akan bersanding dengan Allah Maha Pencipta –sebagaimana QS An-Naml ayat 60?

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment