Judi

Apakah Anda pernah mengenal orang yang gemar berjudi? Maksud saya bertaruhan? Dengan mengenal, mungkin beberapa kali pernah melihat bagaimana nafsu mereka saat bertaruh? Orang yang sudah kenal, tidak sungkan untuk memperlihatkan tabiat apa yang dimiliki. …

Apakah Anda pernah mengenal orang yang gemar berjudi? Maksud saya bertaruhan? Dengan mengenal, mungkin beberapa kali pernah melihat bagaimana nafsu mereka saat bertaruh? Orang yang sudah kenal, tidak sungkan untuk memperlihatkan tabiat apa yang dimiliki. Orang yang akan bertaruh, dia tidak akan menyembunyikan lagi apa yang akan dilakukannya.

Mereka yang gemar bertaruh, akan menjadikan apapun sebagai ruang bertaruh. Hal lain yang lebih parah, adalah mereka menjadikan apapun yang dimiliki sebagai objek taruhan. Harta bagi mereka tidak dianggap sesuatu yang penting, karena ia bisa berpindah dengan mudah dari satu tangan ke tangan lain. Tidak ada ingatan misalnya harta yang dikaitkan dengan amanah yang akan dipertanggungjawabkan oleh mereka yang memilikinya.

Orang-orang yang tipenya begini, nonton sepak bola dijadikan taruhan. Dalam bahasa orang awam, ayam mengeram pun bisa dijadikan taruhan. Telur yang dieram itu, ayam jantan atau betina? Di pinggir jalan saat gelap, akan dijadikan taruhan apakah mobil lewat itu berplat nomor genap atau nomor ganjil.

Orang-orang yang gemar bertaruh, juga tidak penting apapun yang dimiliki. Mereka merasa sesuatu itu dengan mudah bisa dimiliki, makanya saat melepaskan seperti tidak merasakan beban apa-apa.

Pertanyaannya apakah sesederhana ini seseorang saat menghadapi hidup? Tentu tidak. Makanya orang tidak menjadi hidup dan kehidupan seperti orang yang gemar bertaruhan. Banyak hal yang harus diingat manusia untuk menyukseskan perjalanan hidupnya. Hidup adalah proses yang harus dijalani dengan bersahaja.

Soal keberadaan perputaran keadaan manusia itu banyak kita lupakan. Paras itu akan berubah, dari tipis menjadi tebal dan kencang hingga keriput. Raga berubah drastis, dalam waktu yang mungkin tidak kita perkirakan. Sering kita melewatkan kesempatan karena mengira bahwa jatah waktu untuk hidup masih lama. Padahal tidak. Banyak orang yang tiba-tiba sudah berhenti detak jantungnya. Orang yang sedang berada di tempat yang baik, tiba-tiba nafasnya sudah tiada. Ada orang yang sedang di tempat yang buruk, pun nadinya sudah mencapai finis.

Apa yang dipertaruhkan oleh manusia tentang segala sesuatu dalam hidupnya besar kemungkinan akan menentukan jalan akhir dari hidupnya itu. Hanya ada dua akhir: akhir yang baik atau akhir yang buruk. Orang yang berada di dunia, kebanyakan tidak memperkirakan bahwa salah satu dari dua akhir itu akan dijumpai. Apalagi yang secara kemapanan di atas rata-rata, sangat jarang mengingat akhir hidup. Luar biasa orang yang mapan tetapi memiliki manajemen hidup untuk mencapai akhir yang baik. Demikian juga, super luar biasa, orang yang sama sekali tidak mapan, tetapi tidak mempersiapkan akhir hidupnya. Untuk pilihan yang terakhir ini, disebut ada dua kerugian besar. Di dunia ia tidak mendapatkan apa-apa dengan kondisi hidupnya yang jauh dari mapan. Sedangkan akhir kehidupan, karena alpa atau sengaja tidak mempersiapkan, berpeluang mendapatkan akhir yang buruk. Nilainya mungkin akan berbeda. Orang mapan yang menyumbang sebutir kelapa dengan mereka yang papa juga menyumbang sebutir kelapa. Bisa saja barang yang disumbang sama harganya, namun nilai akan berbeda. Mereka yang papa memiliki nilai lebih.

Dalam banyak hal juga, ketika sedang papa, orang banyak melihat kondisi hidupnya, untuk kemudian mempersiapkan akhir yang baik. Orang yang papa lebih banyak momentum untuk mengingat kondisi diri, yang kemudian merespon dalam memperlakukan masa depannya. Orang yang demikian memiliki standar persiapan. Sebaliknya, kebanyakan orang yang tidak papa memiliki kelemahan yang substansial untuk mempersiapkan akhir yang baik secara bersahaja. Makanya disebutkan bahwa orang yang tidak papa tetapi mempersiapkan akhir hidupnya dengan baik adalah orang-orang yang luar biasa.

Inilah hidup, yang oleh Pencipta, sudah mengingatkan bahwa kalau umur kita panjang dan merasakan berbagai perubahan dalam diri, maka kita akan mengalami rotasi jiwa dan raga. Ketika lahir kita berada dalam kondisi yang lemah, tidak bisa berbicara, hanya menangis dan meminta, tidak bisa berfikir dan berjalan sebagaimana mestinya. Ketika remaja dan dewasa, semuanya berubah. Kondisi di mana manusia berada dalam keadaan prima. Lalu manusia akan dikembalikan kepada kondisi yang pikun, sehingga tidak mengetahui persis arti hidup dan kehidupannya (QS. An-Nahl: 70).

Hanya sebelum pikun datang, kalau kita mendapat bonus hidup yang lebih panjang, kita memiliki ruang untuk mempersiapkan akhir kehidupan yang lebih baik. Akhir hidup yang diidam-idamkan semua manusia.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment