Keluhan

Pada waktu yang kurang tepat, kita sering berharap sesuatu dilakukan orang lain. Pada saat yang sama, ia bisa jadi sedang berusaha menyelesaikan persoalan hidupnya. Seseorang tidak bisa membantu kita pada saat yang kita butuhkan, bisa …

Pada waktu yang kurang tepat, kita sering berharap sesuatu dilakukan orang lain. Pada saat yang sama, ia bisa jadi sedang berusaha menyelesaikan persoalan hidupnya. Seseorang tidak bisa membantu kita pada saat yang kita butuhkan, bisa jadi karena waktu itu, ia juga sedang membutuhkan banyak hal.

Sering ada perbedaan, bahwa ada orang yang selalu menyampaikan keluhannya kanan-kiri, dan ada yang menyelesaikan sendiri persoalannya. Orang yang suka mengeluh, kerap menyampaikan berbagai keluhan dalam hidupnya. Ia berpikir sepertinya masalah hanya ada dalam hidupnya semata. Sebaliknya ada orang yang merasa masalah hidupnya adalah hal yang biasa, karena berpikir orang lain pun merasakan apa yang ia rasakan. Disebabkan karena orang lain juga demikian, maka orang semacam ini tidak mengeluh.

Masing-masing perlu berusaha untuk menyelesaikan masalah hidupnya. Hal yang bisa diselesaikan sendiri, tidak perlu orang lain mengetahuinya. Kecuali ada masalah besar yang tidak bisa diselesaikan sendiri.

Saya banyak pelajaran dari teman mengenai hal ini. Mohon maaf, saya terpaksa mengutip kata-kata seorang teman, karena ini sangat penting dan akan bermanfaat bagi orang lain. Ia mengingatkan sesuatu yang sederhana. Katanya, ketika kita membutuhkan sesuatu, maka jangan selalu posisikan orang lain juga membutuhkan sesuatu yang sama seperti kita. Bahkan ketika kita butuh satu hal, orang lain justru butuh yang lain lagi. Maka kalau mengharapkan apapun dari orang lain, tidak bisa sepenuh berharap, karena bisa jadi pada saat yang sama, orang tersebut juga sedang menyelesaikan harapannya yang lain.

Tentu ini sesuatu yang penting. Kami jumpa, dan makan siang bersama, suatu waktu. Berharap banyak yang bertemu, untuk saling membagi ilmu dan saling menyampaikan berbagai informasi. Ternyata banyak yang memiliki agenda. Ada yang menjemput anak, menemani keluarga, menjalankan tugas negara, dan sebagainya. Akhirnya, yang berhasil berjumpa hanya lima orang saja –satu jumlah yang lumayan. Akan tetapi sebenarnya juga tak sepenuhnya tergantung dari jumlah. Hal apa yang akan dibicarakan, didiskusikan, dibagi, itu jauh lebih penting dari hanya sekedar jumlah.

Teman-teman saya, memiliki profesi yang beragam. Ada yang sudah berumur –maksud saya yang berusia jauh di atas kami rata-rata—namun masih semangat untuk sekolah. Itu dahsyat sekali. Kadangkala, di waktu tertentu, yang berusia lebih tua malah lebih gigih dan giat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Itu menarik. Tentu ketika sesekali bertemu, informasi yang dibagikan sangat beragam, dan itu akan sangat luar biasa. Dengan pengalaman yang banyak dari sejumlah orang, akan dibagi kepada kami yang masih kurang pengalaman. Ada pengalaman unik dari seorang, berbagi dengan pengalaman entah apa dari yang lain. Itulah gunanya membangun komunikasi dan itu akan menguntungkan semuanya. Dan tekad untuk menyelesaikan pendidikan memang demikian, yakni selesai semuanya.

Siang itu, kami juga sama. Membahas berbagai pengalaman. Saling berbagi informasi. Dan terakhir, berbagi kisah-kisah inspiratif. Yang terakhir itulah yang saya ungkapkan di awal. Bahwa tujuan membina silaturahim adalah untuk saling memberi manfaat. Namun semua pihak juga harus memaklumi kondisi masing-masing. Ketika kita menginginkan sesuatu, harus merasakan bahwa keinginan itu bisa jadi terbentur dengan keinginan orang lain pada saat itu.

Sering terjadi ketika kita mengharap bantuan kepada teman untuk membantu melakukan sesuatu, kita tidak pikirkan apa yang sedang dilakukan yang bersangkutan. Ketika teman memberi alasan bahwa saat itu tidak bisa melakukan apa yang kita inginkan, tidak selalu berarti teman itu tidak mau melakukannya. Barangkali pada waktu itu, ada sesuatu yang lebih penting yang harus diselesaikan. Berarti ada masalah lain, soal waktu yang tepat. Atau bahkan bisa jadi, jika kita berkenan berfikir lebih positif, teman yang kita harapkan membantu bisa jadi sedang melakukan hal yang jauh lebih prinsipil dan membutuhkan konsentrasi tinggi. Bahkan bisa jadi ia sedang mengalami masalah, atau bahkan sedang mengalami sesuatu yang tidak kita ketahui. Di sinilah perlu berfikir dan menggunakan rasa secara timbal balik. Tentu kita bisa melakukannya, seperti pesan teman saya itu.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment