Semangat orang untuk melakukan sesuatu bisa bertambah karena berbagai alasan. Salah satunya, sesuatu yang dilakukan itu karena memang disukai. Untuk sesuatu yang dicintai, akan ditunggu secara bersahaja. Bahkan dalam proses menunggu demikian, rela mengeluarkan modal.
Selain modal, waktu juga akan disediakan secara khusus. Untuk sebuah hal yang dibutuhkan waktu khusus, bahkan disediakan berjam-jam lamanya. Begitulah ketika sesuatu itu memang disukai. Ia akan ditunggu ketika sampai waktunya. Tidak masalah kapan yang ditunggu itu.
Apa yang menyebabkan seseorang bahkan mampu berjaga hingga larut malam? Jawabannya karena berhadapan dengan sesuatu yang dicintainya. Tidak masalah berapa lama dan berapa modal untuk menunggu itu.
Apalagi saat datang momen sepak bola, yang selama ini banyak disukai orang. Apabila letak rumah tidak jauh dari tempat yang menyediakan tontonan, suasana akan berbeda. Dulu saya punya pengalaman tinggal dekat tempat orang nonton. Dari rumah, malam-malam tertentu sering terdengar riuh. Sorak-sorai dari penonton tayangan sepakbola dari lokasi yang dekat dengan kediaman. Mereka begadang.
Kata begadang itu bermaksud berjaga tidak tidur sampai larut malam –atau bahkan hingga pagi. Orang melakukan itu, memiliki berbagai maksud. Ada yang begadang karena ingin beribadah malam. Ada yang karena ingin menikmati hiburan. Ada juga karena ingin menonton pertandingan sepakbola –seperti terdengar riuh hingga ke kediaman kami itu.
Membicarakan begadang tidak terlepas dari adanya satu kekuatan, yang dengan kekuatan itu menyebabkan orang bisa melakukan banyak hal. Semua orang sebenarnya memiliki potensi itu, namun tidak semua orang yang mendayagunakannya. Hanya orang yang mendayagunakan yang akan mendapatkan kekuatan yang dimaksud. Seandainya kekuatan ini dinamakan dengan energi, maka semua orang memiliki energi yang bisa menggerakkan tersebut.
Orang-orang yang bangun malam ingin beribadah, tidak mungkin mampu melakukannya tanpa mendayagunakan energi yang dimiliki. Ketika seseorang, sudah bertekad dari awal untuk bangun malam dalam rangka beribadah, maka ia sedang membangun amunisi, menumpukkan energi. Inilah usaha. Sehingga seseorang yang sudah bertekad dari awal untuk bangun malam, misalnya beribadah, maka kemungkinan besar ia akan terbangun. Insya Allah.
Hal lain bisa menjadi contoh. Mari kita belajar pada orang yang berjaga untuk menunggu laga sepakbola. Tidak jarang, siaran langsung sepakbola itu disiarkan hampir subuh. Ironisnya, ada orang yang ternyata setelah nonton siaran sepakbola, lalu mendengar azan subuh, memilih tidur. Untuk nonton sepakbola yang berjam-jam, sudah mampu bertahan, namun untuk 15 menit saja menunggu shalat subuh, hilang daya.
Bisa dibayangkan untuk klub-klub terkenal, dinonton oleh banyak orang di berbagai kedai kopi hingga menjelang pagi. Seperti memahami perilaku konsumen, pemilik kedai kopi pun mempersiapkan sedermikian rupa layar tontonan sepakbola. Dengan susunan tempat duduk dan pernak pernik yang seirama dengan sepakbola.
Orang-orang yang menunggu tontotan tersebut, menarik untuk sesekali kita tanyakan, apa yang menyebabkan mereka kuat begadang, sehingga sampai pagi mereka mampu berteriak girang? Karena kegirangan, bahkan ada yang tidak peduli dengan kanan kiri.
Kita bisa mendengar apa yang akan diungkapkan oleh mereka –atau bahkan bisa jadi kita sendiri yang begadang untuk itu. Tentu ada sesuatu yang sudah ditekadkan dari awal, yang menarik bagi kita untuk menontonnya. Rasa menarik itu yang menuntun kita untuk kuat bertahan hingga menjelang subuh.
Seandainya rasa menarik tersebut juga kita dayagunakan dalam beribadah, maka energi serupa juga bisa dihadirkan. Orang juga akan mampu beribadah hingga pagi.
Corak rasa menarik bisa berbeda. Yang satu ingin menikmati tontonan seni sepakbola, yang satu lagi ingin mendapatkan balasan setimpal dari Pencipta.