Sebagai penulis, atau orang yang ingin menulis, saya kira Anda harus bisa memastikan, dari dalam diri Anda, apa dan dalam kondisi apa yang membuat Anda nyaman menulis? Apakah kita bisa membedakan masing-masing kondisi yang kita butuhkan? Jangan-jangan kita sendiri tidak tahu kondisi yang macam apa yang kita butuhkan saat mau menulis. Jika begitu kejadiannya, maka kondisi dan situasi yang kita urai dulu. Dengan menentukan kondisi apa yang dibutuhkan, situasi yang bagaimana sesungguhnya yang membuat kita nyaman, pangkal masalah akan terurai pelan-pelan.
Penulis adalah orang yang menulis. Pada sisi lain, ia sebagai profesi yang aktivitas utamanya adalah menulis. Jadi ada dua makna. Posisi penulis sebagai profesi sudah lebih luas, dibandingkan hanya sebagai orang yang melakukan aktivitas menulis hanya dalam makna dan konteks sempit saja. Sebagai catatan, siapa pun akan mampu mencapai dua-duanya.
Sebelumnya saya sudah menjelaskan pada dua hal. Mengacu pada dua konteks yang selalu berhadapan ketika kita mulai menulis, yakni soal substansi dan soal teknis, maka logikanya, dua-dua hal itu harus kita tuntaskan. Apa yang akan kita tulis, di satu sisi, dan bagaimana kita akan menuliskannya, di sisi yang lain. Tidak mungkin kita hanya menyelesaikan konteks substansi, sedang kita abai dengan soal teknis. Soal teknis sangat menentukan bagaimana konteks substansi bisa diselesaikan. Demikian juga sebaliknya. Konteks substansi tidak mungkin dilepaskan dari konteks teknis, bagaimana ia bisa dikeluarkan.
Situasi keterpasangan semacam ini selalu dibutuhkan dalam menulis. Setidaknya begitulah pengalaman saya selama ini. Mungkin pengalaman orang lain bisa saja berbeda. Dengan pengalaman ini, saya merasakan bahwa seorang penulis tidak hanya butuhkan bahan bacaan mengenai sesuatu hal yang ingin ditulis, melainkan juga bahan bacaan yang berbicara bagaimana menulis itu dilakukan. Orang yang tidak mau membuka yang kedua, akan membuat sebuah tulisan tidak mendapatkan konteks yang layak. Sedangkan tanpa substansi, sebuah tulisan akan kosong dan tidak memiliki arti apa-apa.
Lalu bukankah keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni mengantar apa yang ingin disampaikan kepada pembaca? Tentu seorang penulis harus belajar kedua hal ini. tidak boleh meninggalkan salah satunya. Keduanya dibutuhkan, substansi dan teknis, selalu berkorelasi dengan sesuatu yang dihasilkan.
Keduanya pula terkait dengan ketenangan dan kenyamanan. Terlepas keduanya ditanggapi masing-masing penulis secara berbeda. Konteks ketenangan dan kenyamanan mungkin bisa diperdebatkan, oleh mereka yang mau memperdebatkannya.
Karya harus lahir dari proses yang nyaman dan tenang. Lebih dalam, ia akan menjadi suara batin, sekaligus sebagai cermin batin dari para penulisnya. Tentu tidak semua penulis sepakat dengan yang saya sebut terakhir ini. Ada penulis yang menganggap apa pun yang lahir sebagai karyanya, ia selalu bisa dipisahkan dengan realitas batin.