Teratur dan Terukur

Kapan terakhir Anda merasakan bahagia dengan baik? Mohon maaf, ini pertanyaan sederhana dan jangan dianggap rumit. Seseorang yang sedang menanti sesuatu. Katakanlah seperti orang tua yang sedang menunggu kelahiran anaknya. Para mahasiswa yang sedang menunggu …

Kapan terakhir Anda merasakan bahagia dengan baik? Mohon maaf, ini pertanyaan sederhana dan jangan dianggap rumit. Seseorang yang sedang menanti sesuatu. Katakanlah seperti orang tua yang sedang menunggu kelahiran anaknya. Para mahasiswa yang sedang menunggu detik-detik selesainya ujian skripsi. Para pekerja yang menunggu upahnya ditunaikan. Semua merasakan kondisi yang tidak biasa. Kapankah terakhir Anda merasakan hal semacam ini?

Orang dapat melahirkan karyanya dengan penuh bahagia. Sebagai rasa yang akan membantu seseorang mengembangkan kemampuan menulisnya. Bahagia ini yang kemudian akan merembet kemana-mana. Orang-orang yang bahagia akan berdampak pada kreativitas lebihnya dalam melahirkan karya-karya. Jadi pernahkan Anda saat menulis, pikiran serasa menuntun ruang untuk ditumpahkan semuanya. Kondisi ini, menurut sebagian orang tidak bisa diulang. Padahal sebenarnya jika dikelola dengan baik, kapan pun perasaan ini dapat dimiliki.

Lebih jauh, perasaan itu akan berdampak pada konsistensi. Seseorang melakukan sesuatu dengan baik, teratur, dan terukur. Kondisi rasa yang tidak mendukung, akan membuat semangat juga hilang dan melayang. Maka semuanya harus dijaga. Tidak boleh dibiarkan. Ia harus dikelola dengan baik. ingat, menulis bukan saja soal substansi, melainkan juga soal teknis dan strategis.

Pertanyaan yang sering muncul setiap ada diskusi menulis, adalah bagaimana menjaga konsistensi. Banyak orang yang lancar menulis saat badan dan pikirannya enak. Istilah enak badan dan pikiran, konteksnya bisa berbagai macam. Seseorang, penulis sekalipun, memilih berdiam diri saat apa yang dipikirkan sudah tidak bisa dikembangkan. Dalam masyarakat kita, posisi enak demikian, digambarkan dengan enak badan. Posisi enak makan sendiri sangat ditentukan oleh enaknya makanan. Makanya mereka yang kebetulan saat itu merasakan enak makan, berimbas kepada enak badan, lalu mau dan mampu menulis.

Mau dan mampu sebenarnya adalah dua hal. Orang yang mampu, belum tentu mau. Demikian juga dengan orang yang mau, belum tentu mampu. Mutlak dibutuhkan kombinasi antara keduanya. Kombinasi ini tidak hanya cukup dengan tekad saja, melainkan harus berusaha di alam nyata. Ada orang yang mengaku ingin menulis, namun berhenti dan tidak berusaha sepenuh hati.

Sebuah keinginan untuk melakukan sesuatu, tidak ada halangan untuk dicapai, termasuk menulis. Namun sangat ditentukan, sejauhmana usaha kita untuk mencapai keinginan tersebut. Keinginan yang dikalahkan oleh enak badan dan pikiran, adalah jalan bertolak belakang dari keinginan yang kita bicarakan ini.

Leave a Comment