Satu kisah luar biasa, mudah-mudahan bisa menggambarkan betapa berbuat baik itu sangat tinggi nilainya. Seorang anak muda yang disediakan pintu surga untuknya. Lalu ada pertanyaan, siapa sebenarnya anak muda ini. Lewat penelusuran yang bersahaja, akhirnya ditemukan bahwa yang bersangkutan selama hidupnya, selalu melakukan satu hal yang jarang dilakukan oleh orang lain. Sebelum tidur, ia membuat perhitungan di rumahnya, untuk kemudian dilunaskan, dan sebagian dihapus dari catatan dan memori. Sesuatu yang dicatat untuk dilunaskan, adalah utang dan sesuatu yang dilakukan sebagai perbuatan baik dari orang lain. Semua itu dicatat untuk dilunaskan. Sebaliknya, perilaku buruk yang dilakukan orang terhadapnya, pada setiap malam diusahakan untuk selalu dihapus, baik melalui tidak mengaktifkan catatan untuk yang demikian, sekaligus menghapus dari memori.
Apa yang terjadi? Ternyata setiap malam, ia bisa tidur dengan enak. Beribadah dengan tidak terbeban apapun selain hanya mengingat Pencipta. Hidupnya benar-benar nyaman, dan melakukan sesuatu, menjalani kehidupannya terlihat ringan-ringan saja. Berbeda dengan banyak orang yang merasakan beban hidupnya tidak putus-putus. Obat yang dilakukan anak muda ini sangat membantu dalam membuat hidup lebih fokus kepada kebaikan, dengan meralat atau menghapus yang namanya keburukan. Perilaku buruk yang kita lakukan harus diingat betul-betul agar ada kekuatan untuk tidak terulang kembali. Lalu perilaku buruk orang terhadap kita, harus dihapus dari dasar memori, seraya berharap bahwa yang bersangkutan juga akan mengevaluasi hidupnya ke arah yang lebih baik.
Pada tataran empiris memang sulit sekali melakukannya. Makanya orang-orang yang demikian, akan merasakan hasil sebagaimana seorang anak muda di atas. Kebanyakan dari kita adalah mengulang memori terhadap apapun yang dilakukan orang lain terhadap kita. semua perilaku buruk yang menimpa kita, akan terekam sepanjang masa. Rasanya sulit sekali untuk menghapusnya. Begitu juga dengan apa yang kita lakukan terhadap orang lain, rasanya cepat sekali kita melupakannya. Padahal sama seperti kita, orang lain yang merasakan perilaku buruk kita, juga akan mengingatnya bertahun-tahun.
Di sinilah konteksnya bagaimana kalkulasi dalam kehidupan itu harus dilakukan setiap saat. Kalkulasi dapat bermakna untuk menanyakan apa yang sudah kita lakukan secara positif pada saat itu, pun yang negatif. Evaluasi akan mengarahkan kita untuk selalu memperbesar perilaku baik dan positif. Sebaliknya, untuk menjadi kekuatan bagi menghilangkan perilaku buruk dan negatif. Kekuatan semacam ini tidak hanya terbatas pada diri kita sendiri. Ia juga akan berimbas kepada orang-orang yang ada di sekeliling kita. Orang-orang yang ada di sekitar orang baik, seyogianya akan semakin terjangkiti virus dan perilaku yang baik, menuju kehidupan yang berjalan ke arah positif. Sebagaimana kata pepatah, untuk melakukan hal-hal demikian, selalu terbuka jalan, “jika ada kemauan, selalu ada jalan”.
Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.