Saat sudah tidak lagi merokok, merasa tidak nyaman saat ada perokok. Saya dan istri, saat berada di tempat umum, sudah terasa terganggu jika di sekeliling kami ada yang merokok. Apalagi jika ke warung untuk rekreasi, sengaja duduk di tempat yang kami perkirakan tidak ada perokok. Tapi apa yang terjadi? Orang-orang yang merokok begitu mudah duduk di sekitar kita dan langsung menyalakan rokoknya. Sejumlah kesempatan, saya dan istri berpindah tempat, yang ternyata juga ada saja orang lain lagi yang hinggap di kursi dekat kami.
Pengalaman lain selama ini, tidak semua yang merokok memahami persis tanda-tanda mereka yang tidak merokok. Masih saja tidak paham jika kita tutup hidung dengan tangan dari asap rokok, dari mulut mereka yang tiba-tiba sudah duduk di dekat kita. Belum lagi pengendara mobil atau motor yang perokok, dengan enaknya abu rokok dibuang begitu saja. Tidak peduli terhadap orang-orang atau pengendara di belakangnya.
Teman saya berulang kali menanyakan, benarkah saya pernah menghabiskan hingga tujuh bungkus rokok perhari? Dalam 24 jam? Saya jawab berulang-ulang juga: benar. Terutama antara 1999-2002. Dalam durasi itu, saya memegang sejumlah jabatan dalam organisasi mahasiswa. Sepanjang itu, saya juga belajar-belajar menjadi wartawan. Sepanjang waktu tersebut pula, paling banyak saya menulis opini untuk media massa.
Ada teman yang hingga sekarang belum percaya saya itu perokok. Teman-teman yang terbiasa merokok bersama, mereka justru tidak percaya saya tidak lagi merokok. Keadaan yang kontras dan saya alami.
Hanya kebiasaan saja, saat melakukan aktivitas tertentu, saya merokok tidak terkontrol. Ada perasaan tertentu, seolah rokok itu menjadi kunci dalam menyelesaikan pekerjaan. Padahal itu hanya perasaan saja. Tidak lebih. Justru kalau dipikir-pikir, rokok bisa menghambat pekerjaan.
Saya berhenti merokok pada akhir 2007. Tanggalnya tidak saya ingat. Ingatan saya, mengaitkan dengan hari resepsi pernikahan saya: 17 November 2007. Saya berhenti merokok itu beberapa waktu setelah saya berkeluarga. Kami menikah, 9 November 2007.
Saya berhenti merokok persis seperti orang mendapat hidayah. Saat di dalam rumah, sedang merokok, melihat istri yang duduk di ruang makan. Dengan rumah yang ventilasinya agak kecil. Lalu di tangan, saya memegang satu halaman koran yang bergambar sebatang rokok dengan ragaan lebih 250 jenis bahan kimia yang membahayakan Kesehatan, yang 70 jenis diantaranya menjadi penyebab kanker. Asap yang dihirup juga berpotensi merusak luar biasa. Itulah sebabnya potensi risiko lebih besar oleh mereka yang menerima asap.
Saat itu, rokok langsung saya matikan dan itu sebagai rokok terakhir saya. Memang setelah itu, beberapa kali saya terbiasa memegang sebatang rokok. Hanya untuk dipegang-pegang saja.
Setelah berhenti merokok, nafsu makan sedikit meningkat. Pada saat yang sama, berdampak pada berat badan, yang pada puncaknya mencapai 92 kilogram. Sebelumnya tubuh saya kurus. Kondisinya berbeda saat tubuh sudah menyesuaikan diri.
Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.