Selama ini, melihat perkembangan perang dan konflik, ada kengerian lain. Anak-anak yang dilibatkan, apalagi dengan sengaja, dalam berbagai perang dan konflik yang terjadi. Saya teringat sebuah film yang ditulis naskahnya oleh Charles Leavitt, Blood Diamond. Film ini merupakan film aksi perang, mulai diputar tahun 2006, dan disutradai Edward Zwick. Sejumlah pemain terkenal dalam film ini, antara lain Leonardo Dicaprio (Danny Archer), Djimon Hounsou (Solomon Vandy), dan Jennifer Connelly (Maddy Bowen).
Beberapa kali film ini diputar di sejumlah televisi yang berbeda. Saya tidak heran. Barangkali setiap televisi sudah membeli hak tayang dengan waktu tertentu, maka dalam waktu yang sudah dibayar tersebut, tidak masalah itu diputar, mengingat untuk mengembalikan sejumlah yang sudah dikeluarkan. Bukan dalam bisnis, untung-rugi itu selalu diperhitungkan? Dengan beberapa putaran itu, sejumlah babak yang saya tonton, teringat pada satu babak tentang pelibatan anak kecil di dalamnya. Film ini berkisah tentang tambang di wilayah konflik Afrika yang kemudian menjadi sumber, dan dengan itu, sejumlah pihak lalu terlibat di dalamnya.
Memang ia seolah imajiner. Namun tidak mungkin melihatnya sebagai sesuatu yang nyata. Dalam film ia bisa jadi sepenuhnya imajinasi, tetapi ketika berpaling ke alam nyata, ia sebagai sesuatu yang ada di depan mata. Bagi orang yang tidak pernah mengenal konflik, memahaminya agak rumit. Apalagi dalam sebuah wilayah yang di sana tersimpan banyak sumber uang, terlibatnya banyak pihak seolah muncul rasa ketidakpercayaan. Namun itulah yang terjadi. Perebutan ini melibatkan tak hanya unsur preman dan penjahat, tetapi juga mereka yang diklaim sebagai penjaga adab.
Intinya, keberhasilan pada kekuatan yang meyakinkan anak-anak untuk menjaga mereka dengan memegang senjata. Anak-anak dipersenjatai seolah-olah mereka sedang menjaga kehormatannya, padahal tidak disadari yang mereka lakukan adalah menjadikan diri sebagai kekuatan terdepan untuk memberi keuntungan pada orang dewasa yang posisi mereka adalah pemain dan pengatur peran. Pada posisi demikian, mereka tidak peduli siapa yang akan mereka lawan.
Seberapa banyak kita melihat foto-foto demikian, ketika anak-anak masih ingusan, lalu di tangannya memang AK 47 atau senjata mesin? Bahkan ada anak yang untuk memanggul senjata saja sudah terlihat sempoyongan. Dalam konflik dan perang, hal demikian terus terjadi. Orang-orang yang berperang namun banyak tidak tahu mengapa sesungguhnya mereka berperang.
Dalam hubungan yang lebih luas, pernahkah ada yang menghitung-hitung berapa persisnya korban perang dan konflik yang terjadi di dunia? Dari dulu hingga sekarang? Suatu hari, ketika membaca sebuah berita yang mengumumnkan korban konflik di Suriah dalam lima tahun terakhir, entah apa yang ada di benak masing-masing kita. Di luar wilayah konflik, kita hanya membaca angka-angka dari jauh. Padahal mereka yang mengalami di dalamnya, menghitung-hitung bahkan meraba-raba siapa lagi di antara mereka yang akan menjadi korban.
Barangkali sama ketika banyak orang tidak mau tahu seberapa besar sudah korban perang dan konflik di dunia ini. Namun ketika ada angka yang menyebut, sudah hampir seratus juta, apakah semua orang juga terperanjat? Jangan-jangan tidak.
Konflik antar negara dan konflik dalam negara, terjadi hampir di seluruh pelosok negeri. Antar satu negara dengan negara lain berperang, entah apa yang diperebutkan; kekayaan alam, atas nama terorisme, atau malah karena perbedaan. Betapa pula banyak kasus konflik dalam negara berlangsung membabi buta dengan nuansa kekerasan yang sangat tampak; antar satu anak bangsa dengan anak bangsa yang lain saling memusnahkan. Sekali lagi, mungkin ada banyak hal yang dipertaruhkan.
Akan tetapi catatlah, perilaku destruktif manusia, yang sambung-menyambung menjadi ancaman dan terjadi di bumi, telah mengorbankan entah berapa miliar manusia, sejak dari bumi ini terbentuk. Sepertinya, perilaku itu terus berlanjut tak tentu batas. Sampai sekarang kita masih melihat semua itu yang masih belum reda.
Semoga saja kita sedang sadar, sedang berapa dalam masa yang dipenuhi perilaku destruktif kita sebagai manusia, itu.