Anak

Apa yang menyebabkan seseorang, orang tua atau orang-orang yang dituakan, tega melakukan sesuatu yang menyakitkan terhadap anak? Sesuatu yang menyakitkan itu, bisa dalam bentuk fisik, bisa dalam bentuk nonfisik. Secara fisik, orang bisa langsung menangkap …

Apa yang menyebabkan seseorang, orang tua atau orang-orang yang dituakan, tega melakukan sesuatu yang menyakitkan terhadap anak? Sesuatu yang menyakitkan itu, bisa dalam bentuk fisik, bisa dalam bentuk nonfisik. Secara fisik, orang bisa langsung menangkap bagaimana bentuknya. Namun untuk yang nonfisik, orang bisa saja masih meraba-raba.

Rasa sakit bagi seseorang, turut berbeda antara fisik dan nonfisik. Kekerasan fisik bisa dirasakan sebagai satu bentuk, yang nonfisik juga bisa dirasakan sebagai bentuk yang lain. Kita mencubit atau memukul seseorang yang dirasakan secara fisik, tentu berbeda yang dirasakan, dengan orang yang merasakan disakiti jiwanya. Orang yang dimarahi dengan kata kasar, apalagi itu dilakukan di depan orang lain, juga memiliki rasa sakit tersendiri. Intinya sama, sebentuk kekerasan yang seharusnya dihindari.

Orang tua, atau orang-orang yang dituakan, sudah saatnya menjadikan anak sebagai tempat membagi jiwa, bukan tempat menumpahkan kekesalan. Bedanya jauh antara membagi jiwa dan menumpah kekesalan. Seperti membedakan antara mengasihi dengan memaki; memberi sayang dengan menumpah kepedihan. Dan sekarang kita merasakan betapa seolah kepedihan itu melebihi berita-berita rasa sayang.

Banyak berita miris yang berkembang, dulu, seolah terasa jauh sekali dari tempat kita. Naudzubillah tsumma naudzubillah. Anak, merasakan kebiadaban yang berkali-kali. Sebagian –atau malah mungkin seluruhnya—dikreasikan dan dilakukan oleh para dewasa. Orang-orang dewasa memperlakukan anak demikian rusaknya. Kita harus ingat, apa pun yang terjadi, bahkan dalam kejadian yang penuh kelaliman, itu akan menggambarkan peradaban kita –sebagai wujud dari mentalitas.

Bagaimana kita memperlakukan anak, merupakan wajah kita. tidak soal berapa jumlah anak yang menjadi korban. Kita harus ingat, semisal rumus membunuh yang diingatkan dalam al-Quran, membunuh satu orang yang tidak bersalah sama dengan membunuh semua orang. Jadi memperlakukan anak secara tidak semestinya, tidak soal satu anak atau berapa anak, maka itu sama dengan memperlakukan semua anak. Konon lagi jumlahnya tidak satu.

Ada kasus yang bertambah. Ada peristiwa yang dari segi kualitas, ternyata bertambah biadab. Kata ini sebagai lawan dari kata adab, yang berarti santun. Mungkin juga terlalu ringan dengan kata biadab itu, karena apa yang terjadi jauh dari lebih kejam dari kata itu.

Anak sedang menghadapi 1001 masalah di negeri ini. Ada kejadian berulang, yang seharusnya sudah memberi tanda bagi orang-orang dewasa. Orang dewasa tidak boleh hanya menggantungkan aba-aba hanya melalui kata: nak, hati-hati dengan orang baru. Ingatan akan cepat berubah dengan lahirnya wajah-wajah. Walau orang baru, dengan wajah yang jitu, akan berhasil memperdaya. Anak juga tidak mungkin diingatkan untuk selalu melapor bila ada bahaya yang mengintai. Barangkali ketika ada ancaman, justru itu yang lebih ia takutkan ketimbang harus melapor apa yang dialami kepada orang tuanya.

Dengan demikian sasaran penting harus diarahkan ke orang dewasa. Apa yang dilakukan orang dewasa yang berimplikasi terhadap anak, harus lahir dari proses yang manusiawi. Segala sesuatu yang berpotensi akan merusak masa depan anak, harus dilakukan perlindungan sejak dini.

Rasanya sebuah masalah yang muncul ke permukaan, tidak lahir secara tiba-tiba. Ada sesuatu yang bersembunyi di belakangnya, yang harus diungkap oleh orang-orang pandai. Apa yang terlihat dengan mata, tidak selalu berarti bahwa itulah realitas yang sebenarnya. Bisa jadi ada sesuatu yang sangat besar, justru yang harus diungkap. Makanya sebuah intaian terhadap anak, tidak boleh berhenti pada sesuatu perilaku terhadap anak. Apa yang menyebab perilaku itu terjadi, juga harus dikejar.

Kasus yang paling banyak terjadi terhadap anak adalah kekerasan dan kekerasan seksual. Penting untuk mengungkapkan penyebab fenomena ini terjadi? mengapa antar anak bisa saling mengerasi? Mengapa orang tua mengerasi anak? Mengapa anak-anak jadi sasaran kekerasan seksual –yang sungguh hukuman berat harus diberikan bagi pelakunya.

Itu semua harus menjadi pelajaran. Selemah iman, sungguh berduka dengan kebiadaban ini.

Leave a Comment