Bukan Basa-Basi

Kita sering merasakan sesuatu saat membutuhkan sesuatu yang lain. Saat ada kepentingan tertentu, kadang-kadang ada peristiwa tertentu yang membuat kita terhambat. Pada kondisi demikian, kondisi psikologis kita tidak stabil. Kita berpikir macam-macam. Pada suatu sore, …

Kita sering merasakan sesuatu saat membutuhkan sesuatu yang lain. Saat ada kepentingan tertentu, kadang-kadang ada peristiwa tertentu yang membuat kita terhambat. Pada kondisi demikian, kondisi psikologis kita tidak stabil. Kita berpikir macam-macam.

Pada suatu sore, ban motor yang saya naiki bocor. Parahnya peristiwa itu terjadi ketika motor sedang berada di tempat parkir. Ketika saya menuju ke tempat motor yang di parkir itu, tidak terasa apa-apa. Baru setelah saya mau pulang, ketika mengambil motor, bannya sudah kempes. Awalnya saya sempat berpikir macam-macam. Setelah saya cek ban, ternyata memang ada kawat yang tertancap. Beberapa potongan terlihat jelas. Tidak hanya satu tempat. Karena ban luar motor sudah agak tipis, rasanya ranting kayu pun bisa jadi penyebab ban bocor.

Hal itu terjadi ketika azan magrib terdengar. Makanya saya gunakan jurus ringkas, yaitu berusaha mengayun agar motor bisa berjalan dan ban tidak terkorbankan. Akhirnya sampai juga di masjid. Setelah shalat magrib, lalu saya ambil motor dan saya dorong ke jalan utama, yang jauhnya lumayan. Di tengah jalan ada dua remaja yang menawarkan diri membantu mendorong. Subhanallah. Saya tidak tahu siapa dua remaja itu, entah mungkin itu mahasiswa saya atau siapa. Saya memilih mendorong sendiri. Dan ternyata, sebelum sampai jalan utama ada satu bengkel yang baru saja dibuka setelah magrib.

Ada sejumlah agenda yang terpaksa absen. Saya berpikir bahwa semua agenda itu harus kita berpikir alternatif.  Semua yang kita jalani tidak boleh dipikir bisa berlangsung begitu saja. Ketika ada sesuatu yang menyebabkan tidak lancar, harus kita pikir jalan alternatifnya. Hal lain yang juga harus kita pikir adalah sesuatu itu tidak selalu sesuai dengan apa yang sudah kita rencanakan. Di tengah jalan, bisa jadi sesuatu yang lain terjadi. Makanya tidak boleh adanya intervensi sang Pencipta yang sepenuhnya menentukan jalan hidup manusia. Ada sebagian orang yang mungkin menghindari dari berpikir demikian.

Begitulah yang terjadi. Akhirnya setelah ban motor saya tempel, saya memilih langsung pulang ke rumah. Mereka yang menempel kerja dengan sigap sehingga saya tidak begitu lama berada di sana. Saya juga berpikir bahwa dalam kondisi demikian, ada juga mereka yang menawarkan bantuan. Tidak semua orang berlalu begitu saja ketika dilihat ada orang yang sedang membawa motornya. Hal ini pun bukan berarti tanpa sebab, misalnya ada hubungan tertentu, seperti hubungan mahasiswa dengan dosennya. Bisa jadi yang menawarkan bantuan itu merupakan mahasiswa. Akan tetapi siapa tahu, bisa jadi juga remaja yang kebetulan lewat dan melihat ada yang sedang mendorong motor, lalu berinisiatif menawarkan bantuan.

Semua jalan memungkinkan. Bukan sesuatu yang aneh. Justru yang aneh sebenarnya adalah ketika tidak ada siapapun yang berbasa-basi. Kita hidup seperti dalam sebuah belantara yang kanan-kiri banyak pohon, tetapi tidak ada yang menyapa ketika ada manusia yang datang.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment