Driver

Apapun yang akan kita lakukan, seharusnya kita lakukan dengan perasaan bahagia. Orang yang mencukup kebutuhan ekonominya, akan berbeda rasa saat proses tersebut dilakukan dengan bahagia atau justru karena terpaksa. Banyak orang melakukan dengan keterpaksaan. Dengan …

Apapun yang akan kita lakukan, seharusnya kita lakukan dengan perasaan bahagia. Orang yang mencukup kebutuhan ekonominya, akan berbeda rasa saat proses tersebut dilakukan dengan bahagia atau justru karena terpaksa. Banyak orang melakukan dengan keterpaksaan. Dengan bahasa yang sederhana, orang menyebut bahwa sebuah profesi dijalani dengan penuh tekanan.

Kenyataan ini berimplikasi kepada banyak hal. Orang-orang yang tidak memperlihatkan kebahagiaan, akan berimbas kondisi tersebut terhadap orang yang lain lagi. Orang-orang yang melihat kita yang sedang menjalani profesi tersebut, menjalani hal yang demikian.

Beberapa waktu yang lalu, ada satu kisah menarik ketika saya ke bandar udara. Saya menunggu tamu. Kebetulan berkenalan dengan seorang sopir. Ia menyebut dirinya driver. Makna kata bisa dikatakan dua.

Pertama, maka pengemudi bahwa siapapun ia yang sedang mengemudikan mobilnya. Kira-kira bermakna mereka yang berada di balik kemudi. Posisi yang demikian, tidak terkait dengan profesi. Seseorang yang menjadikan kendaraannya sebagai alat transportasi untuk mengantar yang bersangkutan kemana pun ia ingin melangkah.

Kedua, maka sebagai profesi. Posisi ini tidak bisa dilakukan oleh siapapun. Seorang profesi pengemudi, ditentukan oleh kualifikasi, baik yang ditentukan oleh perusahaan maupun negara. Mereka yang berprofesi ini, tidak selalu membawa mobil pribadi. Tidak jarang mereka hanya bekerja pada perusahaan tertentu yang memiliki mobil.

Posisi yang kedua tersebut, yang sering dipertukarkan. Termasuk pada mobil yang dipakai. Seharusnya mobil yang dipakai adalah khusus, mobil untuk mengangkut orang sebagai penumpang. Stratanya bisa dibagi, ada yang mewah dan ada yang biasa saja. Yang jelas secara aturan, mobil ini memiliki perbedaan dengan mobil pribadi. Aturan negara menentukan demikian. Seharusnya tidak boleh sembarangan menggunakan mobil untuk menarik penumpang umum. Filosofi dari negara mengatur demikian, karena ingin melindungi warga. Itu idealnya. Namun adakah jaminan bahwa mobil angkut lebih aman dari mobil pribadi yang dipakai, dalam realitasnya bisa dipertanyakan.

Begitulah ketika saya berkenalan dengan sopir yang menyebutnya driver. Dengan istilah itu, saya tahu sopir ini lebih berpengalaman sedikit dalam mendampingi sejumlah tamu. Saya bisa menjangkar ia lebih sering mengangkut siapa. Tentu tidak semua orang dengan percaya diri memperkenalkan diri sebagai driver. Bahkan tidak jarang, banyak orang justru menyembunyikan profesinya sebagai sopir, dengan menggantikannya dengan swasta. Bukanlah sesuatu yang aneh. Karena profesi ini juga sama dengan profesi swasta yang lain, bagi sebagian orang, masih diragukan keberdayaannya.

Sopir ini yang mengingatkan saya satu hal penting. Kebetulan ia memiliki mobil sendiri. Ia naik mobil bukan merek terkenal, namun mobil terlihat sangah mewah. Harganya juga 200-an juta. Yang dikatakannya adalah keharusan orang yang bersikap seharusnya mengikuti harga mobilnya. Mereka yang memiliki harga mobil tinggi, idealnya tertampil dengan sopan santun yang lebih tinggi pula, terutama dengan mereka yang mengemudikan mobil yang di bawahnya. Jangan sampai mobil mewah, akan tetapi di tangan mereka yang tidak santun, terlihat seperti mobil rendah.

Hal ini diingatkan beberapa kali, yang bagi saya dapat saya bayangkan orang ini akan sabar ketika di balik kemudi. Di tempat kita, butuh kesabaran ekstra dalam banyak hal. Termasuk ketika seseorang berada di jalan raya. Karena arena ini seperti sebuah pertarungan dalam menggunakan hak, dengan sering abai terhadap hak orang lain. Makanya ketika muncul orang-orang yang bisa sabar, dan tidak turur orang kebanyakan yang tidak ada sopan-santun di jalan raya, persis seperti oase yang seyogianya menyebarkan kepada banyak orang yang lain juga.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment