Semester ini, satu kelas yang saya ampu, ditugaskan untuk menyelesaikan kerja lapangan. Semacam perpaduan riset dan pengabdian. Tugas ini sendiri sesungguhnya disepakati pada pertemuan pertama. Mahasiswa membentuk kelompok masin-masing dengan empat anggotanya. Kelompok inilah yang melakukan diskusi dan menyepakati tugas apa yang akan dikerjakan.
Pada minggu selanjutnya, masing-masing kelompok akan melakukan presentasi rencana kerjanya. Hal sederhana harus disampaikan dalam presentasi ini adalah menentukan apa yang akan digarap, bagaimana proses akan dilakukan, serta durasi waktu yang dibutuhkan dan kapan dieksekusi.
Apa yang terjadi, ternyata setelah diberi waktu seminggu, tidak semua kelompok menyelesaikan rencana ini. Berbagai alasan disampaikan. Salah satunya pada kemampuan mereka Menyusun laporan dengan baik. Tentu ini, lebih kepada mengada-ngada, ketimbang alasan pastinya.
Usaha yang keras ditopang oleh bagaimana tekad itu dirawat. Orang-orang yang tidak merawat tekad, risikonya akan patah semangat di tengah jalan. Apa yang bisa dilakukan oleh orang yang tidak bersemangat? Padahal kekuatan ini yang menentukan seseorang melakukan sesuatu yang lebih besar.
Begitulah orang yang akan menulis. Usaha untuk mewujudkannya sangat ditentukan oleh seberapa besar tekad yang kita punya. Semangat yang lahir dari proses demikian, akan menjaga usaha kita untuk terus-menerus belajar. Menulis adalah proses belajar, tidak boleh berhenti di tengah jalan.
Orang-orang yang menulis juga tidak bisa memberi alasan menulis hanya untuk waktu tertentu. Orang harus menulis untuk semua waktu. Sebagai sebuah proses belajar, maka ia juga tidak ditentukan oleh waktu. Orang-orang yang dari usia sudah senja, tidak menjadi alasan untuk tidak lagi menulis.
Demikian posisi mereka yang menulis. Proses panjang yang tekadnya harus dirawat sepanjang waktu. Merawat ini memang tidak mudah, namun dengan terus belajar manajemen dan strateginya, sesuatu yang tidak mudah akan mudah diwujudkan.
Bagi orang yang terus belajar, sesuatu yang tidak mudah selalu diupayakan untuk diwujudkan. Prosesnya akan dipikirkan. Orang-orang yang mau belajar, akan mencoba berbagai jalan yang bisa memudahkan. Berbeda dengan mereka yang tidak mau belajar, alasan apapun bisa dijadikan sebagai hambatan untuk melakukannya.
Pertanyaannya, Anda akan memilih jalan yang mana? Memilih jalan tidak menulis, atau akan mulai melakukannya walau dengan tertatih-tatih? Sebagai proses, saya akan memilih jalan kedua. Menulis sebagai proses belajar, dan saya tidak akan menunggu nanti untuk melakukannya.