Keahlian Semakin Menyudut Pada Waktunya

Saat mau melakukan sesuatu, kita selalu harus mengukur kemampuan. Untuk hal yang berat, kita harus akui sebagai berat. Jangan karena ada suasana yang menguntungkan, lalu mengambil kesempatan, dengan menyanggupi hal yang tidak sanggup. Banyak orang …

Saat mau melakukan sesuatu, kita selalu harus mengukur kemampuan. Untuk hal yang berat, kita harus akui sebagai berat. Jangan karena ada suasana yang menguntungkan, lalu mengambil kesempatan, dengan menyanggupi hal yang tidak sanggup. Banyak orang yang diwajibkan hal sepele, tidak menyelesaikan sebagaimana mestinya.

Orang yang sering kerja bersama, akan mendapatkan suasana itu. Berbagai tipe orang ada di sekitar kita. Ada yang apa adanya, mau bekerja keras, dan sebagian besar, hanya mengambil untungnya saja.

Jika mau diukur, tampaknya demikian. Namun dalam konteks usaha, apa yang kita lakukan tidak jarang berbeda dengan apa yang kita bayangkan. Barangkali kita pernah merasakan ada hal tertentu yang kita anggap berat dan rumit, ternyata sederhana sekali ketika dilakukan oleh orang lain. Sebaliknya ada sesuatu yang bagi orang lain mungkin sangat terasa berat dan rumit, kadangkala bagi kita itu sesuatu yang sederhana. Posisi sederhana bisa saja diperdebatkan. Sederhana, dalam arti tidak banyak perniknya. Sesuatu itu adalah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Tidak rumit. Tidak sulit, tidak sukar, atau tidak susah. Kadar rumitnya itu mungkin berbeda-beda. Orang yang mengaku satu hal rumit, bagi orang lain mungkin tidak serumit itu. Apakah itu juga termasuk dalam kategori relatif? Maksudnya di sini adalah tidak ada standar tertentu sesuatu menggambarkan sesuatu yang rumit.

Ketika kita kembalikan kepada keahlian masing-masing orang, mungkin kenyataan demikian bisa membantu untuk mengurai makna rumit itu. Pada setiap orang, jarang menguasai semua hal. Ilmu yang dimiliki seseorang juga kerap terbatas pada bidang-bidang tertentu saja. Seorang pakar biasanya hanya memiliki kepakaran pada bidang tertentu saja, tidak pada semua hal. Mereka yang mengajar di sekolah dan perguruan tinggi, penguasaan mereka terhadap ilmu terbatas pada bidang tertentu saja. Kecuali mungkin ketika di sekolah dasar, seorang guru kebanyakan menangani per kelas, dan dalam satu kelas itu, menangani semua mata pelajaran. Namun di kota-kota, kenyataannya juga tidak lagi demikian. Kecuali di tempat yang jumlah gurunya terbatas. Banyak sekolah yang jumlah guru hanya sebanding dengan jumlah kelas saja. Hanya enam atau tujuh orang saja. Mau tidak mau, dalam kondisi demikian, orang akan menangani semua bidang untuk satu kelas.

Selebihnya, di banyak tempat, kepakaran itu sudah mengarah ke bidang yang spesialis. Dokter semakin menyempit penguasaannya kepakarannya dalam bidang-bidang yang superspesialis. Tidak lagi umum. Orang yang secara umum mampu menangani, hanya ada di tempat tertentu dan itu sangat terbatas. Di daerah pedalaman yang kebanyakan dokter tidak mau pergi ke sana, terpaksa ditangani oleh dokter umum atau tenaga medis yang sifatnya umum. Berbeda dengan di kota, orang jika bermasalah dengan lambung, bisa mendapatkan dokter yang memiliki keahlian bidang tertentu di dalam lambungnya.

Begitulah ketika keahlian itu diukur. Tentu apa yang saya ungkapkan bisa saja demikian, pun bisa dalam makna umum. Sesuatu yang sederhana sekalipun dalam pergaulan sehari-hari, dalam makna seseorang sering melakukannya, belum tentu orang lain familiar dengan hal demikian. Hal ini yang menyebabkan ada sesuatu yang mudah bagi seseorang, belum tentu mudah ketika dilakukan orang lain. Demikian sebaliknya, sesuatu yang terlihat sulit oleh kita, ternyata dengan mudah diselesaikan oleh orang lain. Fenomena demikian adalah sesuatu yang biasa dalam hidup. Makanya manusia harus bekerjasama.

Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.

Leave a Comment