Kematian itu pasti, hanya saja waktunya saja kita tidak tahu. Bukan sudah seharusnya kita menjaga diri agar saat itu tiba, kita siap menghadapinya? Kenyataannya memang tidak demikian. Mungkin karena waktu yang tidak ada yang tahu, membuat kita bisa berleha-leha dalam menjalani kehidupan ini. Kita bisa melakukan apapun dan sering tidak peduli bahwa waktu kematian kita ternyata sangat dekat.
Kita sering tersentak sebentar saat mengetahu ada orang dekat yang tiba masanya. Seperti suatu malam, saya mendapat satu kabar duka, seorang sahabat kami meninggal dunia. Beliau sudah tiba waktu yang dijanjikan. Tiba-tiba setelah shalat magrib, ia diantar ke sebuah klinik karena mengeluh sakit, lalu di sana ia menghembuskan nafas terakhir. Sebenarnya shalat ashar dan dhuhur berjamaah, saya dengar dari teman, ia tampak segar. Banyak orang yang berjumpa dengannya. Ia selama ini berjamaah, khusus dhuhur dan ashar, di masjid kampus. Ketika magrib dan isya, sering ditunaikan di masjid tempatnya tinggal. Melalui ruang pesan bersama, ungkapan duka pun sambung-menyambung.
Dalam sebuah kata duka, seorang teman lain mengingatkan kami satu hal penting, bahwa kematian itu pasti, tidak ada yang tahu kapan waktunya. Ketika tiba waktu tersebut, maka tidak ada yang bisa meminta untuk menunda atau bahkan untuk mempercepat barang sedetik pun. Bahkan ketika tiba waktunya, maka dalam kotak besi pun, tidak bisa menunda atau mempercepatnya.
Dengan kiriman terakhir ini, seorang teman lainnya mengirimkan komentarnya. Selama ini, orang-orang tahu bahwa waktunya itu akan tiba pada saat yang tidak disangka-sangka. Semua orang sudah tercatat kapan akhir hidupnya di dunia, dan manusia tidak tahu titik akhir itu. Sayangnya, banyak orang yang tidak yakin akan janji tersebut. Sama seperti banyak orang yang tidak yakin akan banyak ayat mengingatkan kita untuk hidup lurus. Mungkin karena merasa balasan bagi orang yang tidak hidup lurus tidak akan hadir tiba-tiba, maka hidup lurus mungkin tidak langsung menjadi pilihan. Ketika masanya tiba, maka penyesalan akan muncul.
Ada tiga hal saling terkait, antara orang yang tahu, orang yang yakin, dan orang yang melakukan. Ada orang yang tahu namun tidak yakin, maka tidak melakukan. Ada orang yang tahu, dan orang tersebut juga yakin, namun belum tentu orang itu melakukan. Baiknya adalah orang yang memiliki ketiganya, tahu, yakin, dan mau melakukan dalam kenyataan. Melakukan berbagai hal yang merupakan perintah dan meninggalkan segala larangan. Orang yang demikian memiliki peluang besar untuk mencapai titik akhir yang baik.
Ketika mendapat pesan yang mengingatkan demikian, bisa jadi kita menjadi ingat untuk terus menjaga hidup dan kehidupan dalam jalurnya. Dengan hidup lurus memungkinkan kita menjaga peluang untuk mencapai akhir yang didamba-damba oleh semua manusia, yakni akhir yang baik. Dengan orientasi ini, maka perjalanan singkat di dunia akan tergantikan dengan hasil yang baik ketika mendapatkan kehidupan yang sebenarnya.
Demikian juga dengan pesan, adakala pesan itu tersampaikan lewat lisan orang-orang. Ada juga yang tersampaikan lewat tulisan, semisal pendek ketika ada orang yang meninggal dunia. Bahkan ketika ada orang yang meninggal tiba-tiba dan kita mendapat pesan, maka seharusnya itu menjadi kekuatan bagi kita untuk selalu berusaha menempuh hidup lurus. Di samping itu, adanya orang yang meninggal pun harus menjadi pelajaran dan ingatan bagi kita yang masih hidup. Ketika orang hidup sudah tidak lagi teringat apapun ketika menyaksikan dan mengetahui ada yang meninggal, maka bisa jadi alarm hidup orang tersebut sudah tidak berfungsi.
Mudah-mudahan sahabat kami itu, diampuni segala dosa dan mendapat balasan setimpal atas perbuatan baiknya di dunia. Amin. Mari kita yang tinggal tidak terlena. Kita harus mempersiapkan diri lebih baik.
Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.