Kata orang, teman setia itu akan dibuktikan saat seseorang sedang berkasus, ia tetap akan ada yang menjenguk. Teman itu dibuktikan pada saat posisi seseorang sedang bermasalah, apakah ada temannya yang mengunjungi, atau malah meninggalkannya sendiri.
Selama ini, orang-orang yang terutama diikat oleh kepentingan politik dan ekonomi, kebanyakan akan meninggalkan temannya saat bermasalah. Teman yang dekat sekalipun, jika ia diikat oleh kepentingan itu, akan ditinggalkan begitu saja. Masih untung jika hanya ditinggalkan. Justru jamak terjadi, teman-teman dekat itu menjadi pihak yang akan menambah masalah bagi dirinya.
Orang menyebut dengan istilah pengkhianat. Namun ukuran posisi ini juga masih bisa diperdebatkan. Berkhianat kepada siapa? Demi kepentingan tertentu, orang-orang tidak peduli dengan istilah apapun.
Saya tidak ingin banyak berbicara. Suatu hari, saat saya berada di satu tempat, saya membaca surat kabar lebih pagi. Tidak setiap hari saya membaca koran. Termasuk saat ada masalah tertentu pun, tidak selalu saya akan membacanya. Mungkin ini yang membedakan saya dengan banyak orang, yang justru akan memburu berita saat ada kejadian tertentu.
Kemudahan teknologi, kerap membuat koran tidak lagi dominan. Sudah beralih ke media yang lain. Ruang baca cetak berganti sebagian ke elektronik dan berbasis laman.
Hal yang ingin saya cerita adalah ada satu hal yang membuat saya harus ada di tempat itu sejak malamnya. Secuil kenikmatan dikurangi Pencipta, bisa jadi karena ketika banyak kenikmatan, kita lupa mensyukurinya. Bisa jadi dalam banyak waktu yang kita merasakan berbagai kenikmatan yang disediakan Pencipta, kita malah lalai dan pura-pura menyibukkan diri. Padahal tidak selamanya sibuk. Bahkan orang sesibuk apapun seyogianya harus menyempatkan diri untuk selalu bersyukur.
Saya sendiri juga sadar bahwa kenikmatan tak selalu soal materi. Orang yang tidak ada materi, namun tidak bermasalah dengan kesehatan, dapatlah disebut sebagai kenikmatan. Termasuk mereka yang selalu terjaga dalam keyakinan dan keimanannya dan memiliki semangat untuk selalu bisa konsisten dalam beribadah dan bersyukur.
Begitulah. Melalui koran pagi itu, ternyata banyak sekali berita tentang keganjilan pada mafia. Itu yang saya baca. Ada yang menarik, mengenai bagaimana sesungguhnya profil mafia. Apakah seperti digambarkan dalam film-film, mereka digambar sebagai angker dan sangar?
Ada realitas mafia yang berubah. Mungkin masa lalu, orang yang disebut mafia selalu berwajah sangar dan semacamnya. Kemana-mana membawa sesuatu yang bisa menakutkan orang lain. Namun sekarang ini, mereka yang disebut mafia malah sudah tidak seperti itu. Orang-orang yang malah tidak kita duga, ternyata bisa sebagai mafia. Pembunuh berantai karena jaringan narkotika, bisa saja orang yang berwajah tampan, perempuan cantik tiba-tiba kita baca menjadi anggota geng pencuri motor atau pengirim sabu-sabu. Orang-orang yang mendompleng wajah agamis masuk dalam jaringan koruptor.
Lebih jauh, permainan para mafia itu bisa masuk dalam berbagai lini. Sejumlah pertanyaan untuk menegaskan teka-taki itu, misalnya, apa yang menyebabkan harga cabai lebih mahal dari yang diperkirakan? Karena mahalnya cabai itu tidak sederhana bagi negara yang sebagian besar masyarakatnya menyukai sambal. Lalu mengapa masalah listrik tidak tuntas-tuntas? Mengapa harga gabah yang diterima petani selalu di bawah standar? Lalu mengapa pula barang-barang kecil kebutuhan rakyat yang sebenarnya ada pada petani sendiri, tetapi juga harus diimpor?
Tentu semua itu tidak terjadi dengan sendirinya. Mungkin ada sejumlah orang yang percaya –dan malah menjadi pemegang microfon untuk menyampaikan bahwa realitasnya memang demikian. Tetapi saya menganggap, sebagian besar masalah di atas, terjadi karena ada tangan-tangan tersembunyi.
Dalam dunia hitam, ada satu kekuatan yang bermain dan mempengaruhi kebijakan. Susan Rose Anckerman, menyebutnya dengan mafia dominated states. Ketika tangan-tangan tersembunyi mafia ada di wilayah ini, seolah-olah segala sesuatu yang dikeluarkan itu sebagai kehendak rakyat.
Saya percaya pada doa. Bahwa pemain dan tangan-tangan tersebunyi mafia akan hancur oleh kekompakan orang-orang baik yang terorganisir. Orang-orang yang baik tidak boleh tercerai berai, mereka harus bergabung diri. Ada kekuatan doa yang bisa kita lakukan untuk mengiringi langkah demikian.
Kekuatan baik harus mengorganisir diri, untuk mengalahkan mereka yang jahat, yang juga mengorganisir diri. Justru kekuatan kejahatan bermain dengan rapi dan menjalankan kejahatannya dengan luar biasa. Orang-orang baik tidak boleh membiarkan itu terjadi.
Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.