Banyak orang mengira dan salah tafsir terhadap ukuran manfaat. Ukuran ini haruslah proporsional. Tidak mungkin mengharap sesuatu yang lebih, dari mereka yang secara fisik maupun mental sangat rendah. Seorang anak, ketika ditanamkan visi dan misi hidupnya untuk selalu bermanfaat bagi orang lain, mungkin kadar minimun adalah sebatas pada keadaan tidak menyulitkan hidup orang lain. Sekarang ini banyak anak yang sudah meyusahkan, terutama dengan perilaku yang tidak jarang menganggu teman-teman di sekelilingnya. Anak yang tidak bisa melihat anak yang lain berada dalam kondisi tenang. Barangkali pernah Anda melihat bagaimana anak-anak bergaul dan berkata sesama teman-temannya itu. Sebagian dari mereka sudah tidak bermasalah. Kata-kata yang layak, sudah dianggap biasa. Namun jangan lupa, banyak anak yang tertekan hidupnya ketika mendapatkan suasana sekelilingnya yang demikian.
Beberapa pengalaman saya sendiri menyaksikan ada orang tua yang mempersiapkan mentalitas anaknya secara bersahaja, namun di luar sana, anak-anak tersebut mendapatkan sesuatu yang sungguh tidak layak. Semakin banyak waktu di luar, maka bagi orang demikian, akan merasakan anak berpotensi mendapatkan pengaruh yang luar biasa. Makanya lebih aman jika anak-anaknya lebih banyak waktu berada di rumah.
Gambaran di atas, mungkin saja akan dianggap berlebihan oleh sebagian orang. Karena ada orang yang berpikir bahwa pada masa anak dan remajalah mereka akan mendapatkan semuanya. Tentu pikiran semacam ini keliru. Tidak mesti anak-anak harus mendapatkan pengalaman negatif untuk membuktikan hidupnya. Hidup bersahaja dan berkualitas harus selalu dengan perilaku dan kekuatan positif.
Bagi saya demikianlah manfaat itu diukur. Ketika seseorang diharapkan memberi manfaat bagi orang-orang sekitarnya, dimulai dari contoh anak-anak di atas. Orang yang dewasa tentu harus lebih cerdas mencerna bagaimana sesungguhnya memberi manfaat. Ketika lebih banyak membuat kehidupan orang lain sulit dengan berbagai perilaku dalam masyarakat, bukankah itu sudah bisa digolongkan sebagai tidak memberi manfaat.
Barangkali semisal tamsil bahwa jika harimau meninggalkan kuring, gajah meninggalkan gading, maka manusia seyogianya meninggalkan nama baik. Seseorang yang ketika sudah tiada, entah karena pergi ke tempat lain atau memang hidupnya sudah berakhir di dunia, orang lain akan merindukan berada di samping orang semacam itu. Ada kesan yang membahagiakan ketika berada di tengah orang-orang yang demikian. Bersama-sama orang yang berperilaku baik, akan terasa sejuk ketika berada di sampingnya. Lebih jauh, dalam komunitas yang lebih luas, orang-orang akan merasa nyaman berada dalam lingkungan demikian.
Itulah kiranya manfaat bagi orang lain pada tahap minimal. Selebihnya, jika ingin terasa lebih, ada sesuatu yang dibuat yang bisa dinikmati orang lain. Sesuatu karya yang tentu tidak mesti secara fisik, melainkan juga karya-karya nonfisik yang dengan karya itu, akan banyak orang di sekitarnya yang akan terbantu.
Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.