Orang yang belajar, tidak berbatas waktu. Terutama untuk ilmu-ilmu yang menopang kepentingan hidup di dunia dan kepentingan hidup setelah di dunia. Dari ayunan hingga ke liang lahat. Mulai orang dari lahir, hingga mati. Belajar tidak terbatas pada kesempatan yang ada, melainkan juga pada semangat. Orang-orang yang masih muda, belum tentu memiliki semangat yang tinggi untuk belajar. Sebaliknya, orang-orang yang tua belum tentu bersemangat rendah untuk terus belajar.
Berbicara semangat, ditentukan oleh banyak hal. Ada yang bermasalah karena kondisi keuangan yang tidak mendukung. Tidak jarang, orang yang berkelebihan pun, ditentukan banyak faktor lain. Faktor keluarga dan lingkungan juga sangat menentukan seseorang itu bersemangat atau tidak untuk belajar terus hingga tua.
Orang-orang yang menjalani semangat ini merasakan faktor-faktor demikian. Maka Anda yang muda, bisa berpikir berbagai hal. Apa yang akan Anda katakan ketika mengetahui ada orang yang sudah melebihi 80 tahun tetapi masih kuliah?
Satu dekade yang lalu, seorang berusia tua bernama Mahmud Ibrahim, menjalani sidang terbuka doktor dalam bidang fikih moderen di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Ia mendapat hasil luar biasa dalam sidang 23 Februari 2016. Saat itu, usia beliau mencapai 86 tahun. Sesungguhnya kabar mengenai ada seseorang yang sudah berumur yang akan menjalani ujian, sudah saya dapat informasi jauh sebelumnya. Ketika berkomunikasi dengan seorang pengajar, dikabarkan mengenai hal ini.
Dalam waktu yang tidak jauh berbeda, seorang lain, Colette Bourlier, menjalani sidang tesis doktoral di University Franche-Comte, Besancon, Prancis, tanggal 15 Maret 2016, dalam usia 91 tahun. Ia diteguhkan sebagai mahasiswa tertua. Padahal di luar Bourlier, masih ada yang lain, yang umurnya juga 91 tahun lebih. Seorang asal Bangka, bernama Hermain Tjiknang, ikut wisuda doktor ilmu hukum tanggal 4 Februari 2014 di Universitas Padjadjaran dalam usia hampir 92 tahun. Di Universitas Indonesia, lulusan doktor ilmu hukum tertua dipegang oleh Mooryati Soedibyo, serta setelah itu, Siti Maryam meraih doktor Universitas Padjadjaran pada usia 83 tahun.
Mereka orang-orang yang belajar pada institusi pendidikan formal. Entah berapa banyak orang yang belajar dengan usia senja pada lembaga-lembaga yang tidak formal. Mereka yang belajar di pinggiran atau balai-balai pengajian di kampung-kampung. Mereka yang merapat ke dayah-dayah yang ada, yang mendengar ulasan kitab hingga tengah malam.
Mengenai bidang ilmu yang digeluti masing-masing mereka, mungkin beragam. Namun semangat untuk menuntut ilmu, tidak boleh dianggap ringan, apalagi ilmu yang berkaitan dengan persiapan masa depan, setelah seseorang akan menghadapi finalnya di dunia. Tentu, tidak boleh dianggap sederhana, terutama apabila dibandingkan dengan usia kita yang masih belum cukup dewasa.
Saya pribadi merasa kagum karena di usia saya, berproses dalam menempuh pendidikan sering kembang-kempis. Seperti simulacra yang ketika di atas kadang lupa bahwa suatu waktu ada kekuatan yang menurun. Makanya perlu dijaga ritme dan konsistensi semangat untuk terus belajar ini, dan ini yang jarang kita lakukan, terutama ketika usia masih muda.
Makanya pertanyaan, apa yang akan Anda katakan ketika mengetahui ada orang yang sudah melebihi 80 tahun, bagi saya sungguh luar biasa. Tidak ada kata lain. Butuh energi yang luar biasa untuk bisa menuntut ilmu. Energi yang saya maksudkan tak berarti melulu soal materi. Banyak orang yang secara materi mapan, namun tak mampu menjalani hal ini. Ada hal lain yang tidak kalah penting selain materi, adalah bagaimana kita menjaga untu selalu berusaha menuntut ilmu hingga tak berbatas waktu. Tidak sebatas ketika usia tertentu. melainkan menuntut ketika usia bahkan sudah di ujung badan. Pertanyaannya adalah seberapa bisa kita melaluinya hingga pada akhir hidup kita?
Wallahu A’lamu Bish-Shawaab.